BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pemecatan yang diterima Muhammad Sabil (34), guru dari SMK Telkom Sekar Kemuning, Kota Cirebon, menuai polemik. Netizen buka suara soal kata Maneh dan isu Cirebon lepas dari Provinsi Jawa Barat.
Sabil harus menerima kenyataan pahit dipecat oleh sekolahnya lantaran dianggap melanggar etik guru. Hal ini berawal dari kritiknya kepada Gubernur Jabar, Ridwan Kamil (Emil) yang saat itu mengenakan jas kuning dan kemeja putih.
"Dalam zoom ini, maneh teh keur (kamu itu sedang) jadi gubernur Jabar atau kader partai, atau pribadi Ridwan Kamil?" tulis Sabil mengomentari unggahan Emil.
Banyak netizen yang berdebat soal penggunaan kata Maneh yang dipakai Sabil kepada Emil. Salah satunya adalah @alhatiry yang menanggapinya dalam unggahan klarifikasi Ridwan Kamil.
"Cirebon bukan pake bahasa Sunda lur. Contoh orang Cirebon ngomong dahar (makan) itu halus, kebalikan kalau di Sunda itu kasar," bebernya.
Tak berhenti sampai di sana, dia juga lantas mengungkit isu pemekaran atau Daerah Otonomi Baru (DOB). Sebab, sebelumnya sempat ramai bahwa sebagian kalangan ingin Cirebon bisa menjadi daerah mandiri alias lepas dari Jabar.
"Ya salah sih kalau pake kacamata Sunda, makanya Cirebon berasa dianaktirikan dari dulu sampe mau lepas dari Jabar, cuma kebentur aturan perundangan saja," tuturnya.
Sementara itu, bahasa Maneh sendiri menurut Dosen Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad), Gugun Gunardi merupakan kata kasar.
"Maneh itu kata-kata kasar jadi yang lemes mah anjeun, salira, pangersa itu halus," ujar Gugun saat dikonfirmasi, Rabu (15/3/2023).
Gugun mengatakan, di dalam bahasa Sunda kata halus pun untuk menegur dengan marah itu bisa digunakan, tidak harus dengan kata-kata yang kasar. Ketika menggunakan kata kasar maka seseorang pun akan tersinggung.
"Kalau dengan kata-kata kasar, orang itu akan langsung tersinggung. Tapi kalau menggunakan kata halus, orang itu akan berfikir dan memperbaiki sesuatu yang dia katakan," kata Gugun.
Editor : Zhafran Pramoedya