“Produk Eiger yang dibuat di luar negeri artinya dipasok oleh supplier Eiger yang berada di luar Indonesia. Tentu dalam prosesnya, kami sudah memprioritaskan pemasok dari dalam negeri, namun karena ada beberapa teknologi juga bahan baku yang belum bisa disiapkan di Indonesia, akhirnya beberapa artikel dipasok dari rekanan Eiger yang berada di luar Indonesia. Jumlahnya minor dibandingkan dengan keseluruhan artikel yang dipasok dari pemasok dalam negeri,” jelas Riadi.
Sepanjang perjalanan bisnis Eiger sebagai brand nasional asli terlahir dari Indonesia, pihaknya berkomitmen penuh untuk memastikan prioritas pemberdayaan bagi puluhan ribu hingga ratusan ribu UMKM di Indonesia.
Pemberdayaan ini termasuk dalam proses panjang dari hulu ke hilir hingga barang Eiger diterima oleh konsumen. Riadi menjelaskan, berbagai UMKM dalam negeri dilibatkan prosesnya untuk produksi sebuah produk Eiger, mulai dari suplai bahan, produksi, atau pelengkap produksi.
“Misalnya seperti tas carrier Eiger dengan nama artikel Ecosavior 45. Tas ini diproduksi dengan menggunakan bahan baku 50 botol plastik. Sementara untuk punggungan tas atau penopang tas carrier yang biasanya terbuat dari besi, kami ganti dengan bambu. Produksi bambu untuk penyangga tas Ecosavior 45 ini seluruhnya dilakukan oleh UMKM di Temanggung, Jawa Tengah,” ucap Riadi.
Sebelumnya diberitakan, Eiger menjadi buah bibir warganet setelah postingan label produknya bertuliskan Made In China tersebar dimedsos. Keaslian produk Eiger yang merupakan merek asli Indonesia ini lantas dipertanyakan warganet.
Editor : Zhafran Pramoedya