Tes skolastik menekankan pada pengukuran kemampuan kognitif yang dianggap penting dalam keberhasilan mahasiswa selama studi di perguruan tinggi (PT). Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang diperoleh manusia sejak lahir berupa kemampuan logika dan bernalar.
Untuk itu, tes skolastik tidak mengujikan kemampuan hafalan dan akademik peserta selama di sekolah menegah atas, namun lebih mengujikan pada kemampuan logika dan nalar peserta.
Tes ini juga disesuaikan dengan Kebijakan Kurikulum Merdeka yang diterapkan Kemendikbudristek. Implementasi kurikulum baru itu di tingkat sekolah, yakni sekolah tidak lagi menerapkan penjurusan keilmuan. Dengan demikian, tes masuk perguruan tinggi juga didesain lebih umum.
“Melalui tes ini, kita bisa mendeteksi apakah anak-anak itu punya potensi kognitifinya bagus. Logikanya kalau bagus dia akan mampu dalam situasi apa pun,” ujar Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember tersebut.
Secara teknis, soal tes skolastik tidak lagi berupa pilihan ganda (multiple choice) namun menggunakan pilihan ganda kompleks (complex multiple choice). Pihaknya memastikan bahwa penyusunan soal ini telah dianalisis dengan tim ahli dan sudah disesuaikan dengan kemampuan peserta.
Editor : Zhafran Pramoedya