"Informasi yang dikeluarkan oleh BMKG adalah informasi terkait dengan ultraviolet sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kejadian panas ekstrem di Indonesia karena tidak akan terjadi," kata dia.
Teguh Rahayu mengatakan pada musim kemarau tutupan awan akan lebih sedikit dibandingkan dengan musim hujan serta masa peralihan. Sehingga sinar matahari akan lebih banyak mencapai permukaan bumi yang menyebabkan cuaca terasa panas terik.
Namun, suhunya tidak mencapai kategori ekstrem. BMKG mengimbau kepada institusi terkait dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipasi terhadap kemungkinan dampak musim kemarau," kata dia.
"Pada tahun ini musim kemarau diprediksi bersifat bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya," kata dia.
Ia juga menambahkan pada bulan November 2023 merupakan awal musim hujan. Namun, jika didapati hujan pada musim kemarau bukan berarti musim hujan sudah mulai.
"Karena ada kriteria besaran curah hujan di musim hujan maupun di musim kemarau. Hujan di musim kemarau wajar terjadi dan sifatnya lokal," kata dia. (*)
Editor : Abdul Basir