BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Baret Merah Kopassus TNI AD memiliki kisah yang unik yang membuatnya berwarna merah pekat.
Menurut buku "Kopassus untuk Indonesia" Jilid II, gagasan Baret Merah pertama kali muncul saat Kesatuan Komando Tentara Teritorium (Kesko TT)-III/Siliwangi berubah nama menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD) pada tahun 1953, yang kemudian menjadi awal terbentuknya Kopassus.
Pemilihan Baret Merah terjadi karena saat itu belum ada baret berwarna merah seperti yang ada sekarang. Pada waktu itu, KKAD menggunakan baret berwarna cokelat yang sama dengan pasukan artileri.
Untuk memberi sentuhan merah pekat dan membedakannya dari baret cokelat biasa, baret tersebut direbus dalam air teh dicampur sabun.
Sejak saat itu, Baret Merah menjadi identitas khas Kopassus, pasukan elit dengan keahlian yang mematikan.
Penggunaan Baret Merah oleh Kopassus memiliki makna filosofis yang mendalam. Warna merah pada baret Kopassus melambangkan keberanian yang luar biasa, motivasi tinggi untuk mencapai kesuksesan, kedewasaan dalam berpikir dan bertindak, serta keseimbangan antara Intellectual Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ).
Simbol ini juga mencerminkan bahwa setiap misi harus sukses dalam merebut sasaran yang ditugaskan, sejalan dengan harapan pendiri Kopassus, Mayor Inf. Moch Idjon Djanbi, yang ingin pasukannya dikenal seperti "The Red Devils," pasukan Paratrooper Inggris pada Perang Dunia II.
Di dalam Baret Merah terdapat sebuah lambang yang menggabungkan pisau belati, jangkar, dan sayap, semuanya diatur dalam bingkai segi delapan. Lambang ini, yang tidak dapat dipisahkan dari baret, adalah gagasan dari Idjon Djanbi. Dia meminta Letnan Dodo Sukamto, Perwira di Biro Pengajaran SPKAD, dibantu oleh Sersan Hasan sebagai juru gambar, untuk merancang desain emblem pada baret tersebut.
Pisau belati melambangkan operasi darat, jangkar melambangkan kemampuan maritim, dan sayap melambangkan mobilitas dan kecepatan.
Meskipun terjadi beberapa perubahan dalam lukisan pada bendera Kopassus seiring berjalannya waktu, lambang emblem tetap sama seperti sebelumnya. Hanya ada perubahan pada bagian tulisan yang sebelumnya memuat nama satuan, digantikan dengan kata-kata "Mahir dan Andal." Desain pisau Komando yang awalnya menghadap ke atas juga mengalami sedikit perubahan, kini menjadi pisau Komando dengan tiga alur atau ulir pada gagangnya yang menggambarkan tiga kemampuan prajurit Komando dan tiga janji prajurit Komando.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta