BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa (BEM REMA) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar HAM Academy Conference 2023 bertajuk 'Sharing and Caring Conference About Human Rights and Humanitarian Issue at The Bandung City Level' yang berlangsung di Auditorium FPMIPA UPI, Sabtu (23/12/2023).
Staff HAM BEM REMA UPI, Mohamad Adzanu Satria Putra mengatakan, kegiatan yang diikuti oleh STBA, STHB, UIN SGD Bandung, dan UNLA ini membahas terkait isu-isu kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (HAM) di tingkat Kota Bandung juga di beberapa universitas.
"Akhirnya UPI menjadi rumah untuk mendiskusikan isu-isu HAM di setiap kampusnya masing-masing dan tempat bertukar ide, bertukar pikiran dan bertukar hal-hal yang kedepan hari secara akademika atau secara solusi ingin kita cari untuk memperbaiki masalah-masalah HAM di Kota Bandung," kata Adzanu.
Sebagai kampus pendidikan, kata Adzanu, pihaknya mendorong agar sektor pendidikan ini harus bisa diakses oleh semua orang, serta bagaimana akses-akses publik, keramahan kota, pun juga hal-hal yang bersifat fasilitas bisa dijangkau oleh masyarakat.
"Dimana isu-isu itu yang ternyata ringan tapi tidak bisa diselesaikan oleh pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut contohnya seperti pemerintahan eksekutif atau legislatif yang terlalu jauh dengan rakyat. Atau mahasiswa sendiri yang hari ini tidak bergerak dan tidak tergerak," tuturnya.
Adzanu memandang, kondisi HAM di Kota Bandung sendiri masih banyak yang harus diselesaikan. Hal ini pun menuntut mahasiswa untuk membentuk sense of crisis.
"Karena mahasiswa mempunyai peran penting, satu Tri Dharma Perguruan Tinggi mengamanatkan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian," imbuhnya.
Menurutnya, HAM Academy Conference ini adalah bentuk nyata dalam mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk isu-isu HAM di Kota Bandung.
"Hasil dari HAM Academy Conference ini insya Allah kami akan coba buat dalam suatu naskah akademik. Didalamnya menjelaskan pikiran-pikiran dari tiap-tiap kampus dan satu keresahan bersama mahasiswa di Bandung mengenai isi HAM ini," katanya.
"Setelah pertemuan ini tiap kampus mempunyai formulasinya, setiap kampus mempunyai ide dan gagasannya, lalu itu yang akan menjadi value yang bisa membuat kampus-kampus lain terpantik, sadar dan melek tentang isu HAM dan bisa memberikan solusinya," tambahnya.
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Syamsul Ma'arif mengatakan, HAM Academy Conference ini merupakan wadah untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi dari kampus masing-masing.
"Karena dirasa masih banyak sekali permasalahan-permasalahan di kampus masing-masing, entah itu terkait kekerasan atau yang dirasa oleh masyarakat, ini adalah tempat yang sangat bagus untuk menyampaikan sebuah keresahan-keresahan tersebut," ucap Syamsul.
Syamsul mengungkapkan, pihaknya merasa ada suatu permasalahan dalam tata pengelolaan kejahatan HAM.
"Karena Komnas HAM sendiri sebagai lembaga negara mandiri tidak bekerja dengan semestinya. Kerja-kerja Komnas HAM juga dirasa tidak berdampak terhadap apa yang terjadi di zaman sekarang," ungkapnya.
Presiden Mahasiswa STBA YAPARI-ABA Bandung, Muhammad Nino Patrialis, memberikan apresiasi kepada BEM REMA UPI yang telah menggelar acara HAM Academy Conference ini.
"Terima kasih dulu untuk BEM REMA UPI yang telah menyelenggarakan acara yang cukup bagus ini. Apalagi terkait pembahasan HAM, karena di Bandung sendiri atau di kampus saya sendiri juga terkait penegakkan HAM perlu dikaji lagi," ucap Nino.
Nino menilai, mahasiswa atau seluruh sivitas akademika lebih proaktif dan bergerak lebih cepat terkait isu-isu HAM termasuk adanya kekerasan seksual.
"Karena saya rasa untuk di kampus saya sendiri pergerakan dari sivitas akademika cukup lambat dan lama," ujarnya.
Apresiasi yang sama juga disampaikan mahasiswa Universitas Langlangbuana (UNLA), Freddy Mungkaran. Menurutnya, kasus-kasus HAM harus segera ditindaklanjuti.
"Karena banyak hal-hal yang harus dipikirkan oleh pemerintah, apalagi lembaga negara mandiri Komnas HAM, bagaimana menindaklanjuti pelanggaran-pelanggaran HAM agar tercipta dan tercegah hal-hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat," kata Freddy.
Ketua Senat Mahasiswa STHB, Muhammad Zakky Noor Ramadhan mengatakan, kegiatan HAM Academy Conference ini perlu diglorifikasikan dan dimasifkan. Sebab, bicara soal HAM akhirnya ini akan berkaitan dengan demokrasi yang ada di Indonesia.
"Indikator HAM hari ini saya melihat tragedi-tragedi kemanusiaan jangan sampai terulang, khususnya tragedi-tragedi pembantaian atau genosida, karena sebagai manusia dan sebagai negara akhirnya harus saling harmonis untuk menghindari ketidakstabilan di negara ini," terangnya.
"Maka tragedi-tragedi kemanusiaan yang sudah terjadi, itu harus bisa diselesaikan. Harapan besar terhadap HAM di Indonesia adalah Indonesia bisa meratifikasi seluruh permasalahan sesuai hasil Konverensi DUHAM yang ada," tambahnya.
Zakky mengatakan, Senat Mahasiswa STHB membawa isu yang harus dikampanyekan dengan baik dan masif, tentang keadilan gender atau kesetaraan gender ini bisa terjadi di ranah Perguruan Tinggi.
"Tidak lagi memandang siapa, dari mana asalnya, saat masuk Perguruan Tinggi siapapun kita, darimanapun kita berhak mendapatkan apapun, jangan ada diskriminasi," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya