BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Daftar sejumlah bahan pokok (Bapok) di tingkat Nasional terlihat masih menunjukkan kenaikan.
Berdasarkan data pantauan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beberapa komoditas pada Jumat pagi ini tercatat melonjak hingga melampaui harga eceran tertinggi (HET) dan melampaui harga yang telah ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadanan).
Rincian komoditas tersebut beras premium, beras medium, kedelai biji kering (Impor), bawang putih bonggol, daging sapi murni, daging ayam ras, minyak kemasan, tepung terigu (Curah), tepung terigu (Non-curah), ikan bandeng, dan garam halus beryodium yang dikabarkan mengalami penurunan harga.
Sedangkan menurut panel resmi Bapanas (Badan Pangan Nasional) komoditas pangan protein hewani yakni telur ayam ras naik 0,59% menjadi Rp. 28.830 /kg. Lalu ada ikan juga yang masih meroket 1,81% tembus Rp. 37.750 /kg.
Harga cabai merah keriting yang tercatat naik hingga 3,84% menjadi Rp. 58.160 /kg. Dan cabai rawit merah 6,30% menjadi Rp. 54.520 /kg.
Dan adapun komoditas rempah dan bumbu dapur lain seperti bawang bawang merah juga tercatat naik 3,84% menjadi Rp. 58.160 /kg dan bawan putih bonggol 0,58% menjadi Rp. 38470 /kg.
“Harga bawang sama cabai tinggi banget buat saya ibu rumah tangga yang sehari-hari masak, jadi harus puter otak buat masak tanpa pakai rempah-rempahan dalam jumlah banyak,” ucap Ibu Yati, salah satu pembeli yang sedang berbelanja.
Perubahan harga yang terjadi hari ini telah mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan strategi bisnis pedagang. Sementara beberapa konsumen mungkin harus menyesuaikan anggaran mereka, pedagang berupaya untuk menjaga keseimbangan antara keuntungan dan kepuasan pelanggan.
Menurut Bayu Krisnamurtthi, Direktur Utama Perum Bulog Blog, menjelaskan satu-satunya faktor yang bisa menyebabkan turunnya harga beras adalah ketersediaan beras atau beras dalam negeri. Ia menjelaskan, kondisi beras saat ini yang menyebabkan tingginya harga beras adalah ketidaksesuaian antara permintaan dan ketersediaan, atau dengan kata lain pasokan dan permintaan.
Sejak tahun lalu, berdasarkan ketersediaan saja, produksi beras di daerah penghasil Indonesia mengalami penurunan hingga 2,05 persen, dari sebelumnya 31,54 juta ton menjadi 30,9 juta ton pada tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh musim kemarau panjang yang disebut juga El Nino.
“Bingung juga neng, ini harga beras turun saya seneng tapi yang lainnya kayak cabai masih pada naik, ya tapi ini ngasih sedikit kelonggaran buat para konsumen saya dan diluaran buat menuhin kebutuhan dasar.” kata Pak Hadi, seorang pedagang di Pasar Induk Cikopo. (*)
Editor : Abdul Basir