Menilik Sejarah Tradisi Berkirim Hampers Jelang Lebaran

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Setiap menjelang Lebaran, tradisi berkirim hantaran atau biasa dikenal hampers menjadi pemandangan umum di berbagai sudut Indonesia. Memasuki hari raya besar keagamaan, berbagi merupakan salah satu bagian adat yang tidak bisa dipisahkan. Salah satunya pada hari raya Idul Fitri, banyak keluarga dan kerabat yang berbagi bingkisan istimewa ini.
Sebetulnya, hampers bukan hanya untuk dibagikan saat Idul Fitri saja. Namun, banyak diberikan di berbagai kesempatan seperti hari raya keagamaan lainnya, pernikahan, ulang tahun, dan perayaan kelahiran dan lainnya.
Tradisi berkirim hampers ini tak sekadar kumpulan barang mewah yang dikirimkan sebagai ungkapan rasa syukur menjelang Lebaran. Lebih dari itu, hampers memiliki akar budaya yang kuat, mencerminkan kekayaan tradisi sosial.
Sejarah Adanya Hampers
Terlepas dari pada saat apa hampers diberikan, tradisi saling berkirim hantaran lebaran sudah ada sejak lama. Namun istilah hampers mulai populer pada abad ke-11, tepatnya setelah Pertempuran Hastings.
Istilah tersebut dipopulerkan oleh Raja Inggris saat itu, yaitu William the Conqueror. Dan adapun istilah “hampers” berasal dari kata Perancis “Hanapier” yang berarti keranjang untuk piala. Dahulu hampers dikatakan sebagai keranjang yang terbuat dari rotan. Keranjang ini berisikan makanan dan anggur untuk digunakan sebagai bekal untuk mengembara.
Editor : Abdul Basir