"Hal ini terjadi karena tingkat aktivitas Matahari yang mengalami pasang surut selama siklus 11 tahunan akan mencapai puncaknya pada tahun 2024," ungkap BMKG di akun Instagram-nya, dikutip Minggu (7/4/2024).
Para ahli atmosfer di seluruh dunia belum mengetahui secara pasti penyebabnya. Tapi, kemungkinan besar melibatkan gaya magnetik atau reaksi nuklir di dalam Matahari.
BMKG mengungkapkan, pengaruh ledakan-ledakan di Matahari terhadap bumi, tergantung besar kekuatan ledakannya. Di bumi, terutama berdampak pada kemagnetan bumi, yakni berupa badai magnet bumi (geomagnetic storm).
Adapun dampak gangguan badai magnet Bumi paling besar dirasakan pada daerah lintang tinggi. Sedangkan daerah lintang rendah seperti Indonesia akan relatif aman.
Editor : Zhafran Pramoedya