Dinkes Jabar Catat 193 Kematian Akibat DBD Sepanjang 2024, Didominasi Usia Muda
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2022/07/15/6781b_dbd.jpg)
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatat, ada sebanyak 23.255 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi sepanjang Januari hingga Mei 2024.
Kepala bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar, Rochady Hendra Setia Wibawa mengatakan, dari jumlah tersebut, sebanyak 193 diantaranya dinyatakan meninggal.
"Data terakhir dari 5 Mei 2024, yang kasus terkumpul dari beberapa Kabupaten dan kota di Jawa Barat itu dihitung, dan tercatat adalah 23.255 kasus, dengan kasus kematian 193 orang," ucap Rochady, Rabu (8/5/2024).
Rochady mengatakan, penyakit DBD di Jabar menyerang semua golongan, dari balita hingga usia lanjut.
"Angka terbanyak kasus itu di usia golongan 15-44 tahun jadi golongan usia ini memiliki mobilitas tinggi, angkanya mencapai 9.870 kasus, kematian ada 36 kasus," ungkapnya.
Adapun angka kematian terbesar ada dari kelompok usia muda, sedangkan untuk balita dan usia lanjut tergolong sedikit. Rochady memastikan, angka kasus DBD di kelompok usia muda sangat kecil dibandingkan lainnya.
"Kalau kita lihat, angka kematian itu justru banyak golongan umur 5-14 tahun, tapi angka pasien yang terkena DBD ada 7.644 kasus. Untuk di bawah satu tahun angka kasua sedikit," katanya.
Rochady mengatakan, ada beberapa daerah yang tercatat paling tinggi sebaran kasusnya. Di antaranya ada di Kota Bandung, Kota Bogor, dan Kabupaten Bandung Barat.
"Kasus terbanyak di Kota Bandung ada sekitar 3.468 kasus, kemudian Kota Bogor, 1.942 kasus, Kabupaten Bandung Barat 1.331 kasus," imbuhnya.
Sedangkan untuk kasus kematian paling banyak ada di Kabupaten Bandung.
"Untuk kasus kematian terbanyak ada di Kabupaten Bandung, 29 kasus, Kota Bekasi, 19 kasus, Kabupaten Subang tercatat 19 kasus," ujarnya.
Berdasarkan keterangan dari tenaga kesehatan di kabupaten dan kota, kata Rochady, penyebaran DBD sendiri kini tidak hanya di lingkungan rumah, melainkan sudah sampai tempat kerja dan lingkungan pendidikan.
"Kalau kita lihat memang mungkin penyebaran tidak saja di rumah tapi di kantor atau lingkungan sekolah yang sanitasi atau kamar mandi dan toilet atau ember tidak rutin di kuras, sehingga mungkin berpotensi jadi penyebaran nyamuk," jelasnya.
Ia menyebut, kasus DBD pada awal tahun ini sendiri tergolong mengalami peningkatan signifikan dibandingkan 2023. Hanya saja, jika dibandingkan dengan 2022 kasus DBD di Jabar tidak mengalami kenaikan yang signifikan.
"Jadi kalau dibanding 2022 kasusnya tidak terlalu jauh. Kita lihat 2024 awal Januari 2024 itu kita dapati 4.784 kasus dan di 2022 itu kita dapat hampir 5.940 kasus," sebutnya.
Pemprov Jabar sendiri sudah melakukan beberapa langkah untuk mengantisipasi lonjakan kasus dengan mengeluarkan Surat Edaran waspada terhadap DBD ke seluruh kabupaten dan kota.
"Kami sudah mengeluarkan surat edaran kewaspadaan peningkatan DBD di Jawa Barat. Penanganan DBD tidak hanya Dinkes, tapi dinas lain dan masyarakat juga diminta untuk sama-sama mengendalikan peningkatan kasus DBD di Jabar," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah