BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinanan Daerah (PD) Muhammadiyah Kabupaten Bandung menggelar talk show bertajuk 'Literasi Media: Jarimu Pelurumu' yang berlangsung di Gedung Dakwah Muhammadiyah Bandung Selatan, Sabtu (21/9/2024).
Acara hasil kerja sama dengan Angkatan Muda Muhammadiyah Kabupaten Bandung ini turut menghadirkan sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya. Di antaranya Kepala Diskominfo Kabupaten Bandung, Yosep Nugraha; Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat, Tantan Sulthon.
Kemudian, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jabar, Iqwan Sabba Romli; Ketua MPI PWM Jabar, Kelik N Widiyanto; Akademisi Ilmu Komunikasi, Ersyad Muttaqien; dan CEO Bandung Terkini Muhammad Rijaldi.
Dalam sambutannya, Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Bandung, Hely Tohar Hilmy mengatakan bahwa digelarnya kegiatan ini dalam rangka meningkatkan kualitas literasi masyarakat khususnya para kader Muhammadiyah.
"Kalau berbicara literasi di Muhammadiyah, kita ingat bahwa KH Ahmad Dahlan mendirikan Taman Pustaka itu pada tahun 1920, yang didahului oleh terbitnya Suara Muhammadiyah tahun 1915. Pada saat itu belum Majelis Pustaka tapi Taman Pustaka dan sampai sekarang karyanya itu Suara Mumahammadiyah adalah satu-satunya majalah yang sejak awal sampai kini tidak pernah berhenti, terbitnya dua kali dalam satu bulan," kata Hely.
Ketika berbicara media sosial, kata Hely, ada dua sisi yang bisa diambil oleh setiap penggunanya.
"Kalau kita bisa menggunakan yang positifnya maka kita masuk surga. Tapi yang dibukanya negatif, maka harus bisa memilih dan memilah," ungkapnya.
Oleh karena itu, pihaknya pun mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan MPI Muhammadiyah Kabupaten Bandung dalam mengembangkan literasi.
"Saya sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bandung merekomendasikan untuk acara seperti ini diadakan lebih sering dan diikuti lebih banyak," imbuhnya.
Sekjen PWI Jabar, Tantan Sulthon mengatakan, pesanya perkembangan media sosial bisa dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk menyebarkan sebuah informasi, termasuk bagi pengurus Muhammadiyah Kabupaten Bandung.
Sehingga, mereka bisa berperan sebagai seorang wartawan dalam menyebarkan informasi bagi organisasinya.
"Hari ini temen-temen bisa menjadi wartawan bagi organisasinya, hari ini temen-temen bisa jadi sumber informasi bagi organisasi. Artinya ada ruang-ruang baru, ada ruang-ruang publik baru yang memang bisa kita manfaatkan," ucap Tantan.
Dengan begitu, kata Tantan, tidak harus mengandalkan wartawan untuk bisa menyebarluaskan informasi.
"Temen-temen tidak harus memanfaatkan wartawan untuk menyebarkan informasi, temen-temen bisa memanfaatkan dirinya sendiri, bisa memanfaatkan akun media sosialnya sendiri, untuk menjadi salah satu sumber informasi," katanya.
Hal senada juga disampaikan Ketua IJTI Jabar, Iqwan Sabba Romli. Sebagai seorang wartawan TV, Iqwan harus mengikuti arus perkembangan dan tren yang tengah ramai di media sosial.
"Betul tadi apa kata Kang Tantan, saat ini juga temen-temen jurnalis TV sudah ikut menyelami media sosial juga. Itu yang terjadi saat ini, itu yang harus dilakukan saat ini," ucap Iqwan.
Menurutnya, saat ini banyak masyarakat yang lebih tertarik dengan konten visual. Sehingga dalam pembuatan konten, harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yakni bukan lagi membaca tapi melihat gambar.
"Kalau baca melihat judulnya aja udah males duluan. Sekarang masyarakat lebih ke video 20 detik, bentuk yang mungkin instan, itu yang diharapkan masyarakat, padat dan singkat. Jadi kualitas dan kecepatan yang diperlukan oleh masyarakat," katanya.
Perkembangan media sosial ini bisa memberikan makna baru bagi para aktivis Islam. Akademisi Ilmu Komunikasi, Ersyad Muttaqien menilai bahwa dengan bermain media sosial, seseorang bisa mendapat pahala sekaligus dosa di dua tempat, di dunia nyata dan dunia maya.
"Kalau dulu kakek nenek kita itu cuman berdosa sama tetangganya, kalau sekarang kita bisa berdosa ke artis, ustadz, kyai yang sebetulnya kita belum pernah bertatap muka," ucap Ersyad.
Sehingga menurutnya, kehadiran media sosial ini menjadi sebuah keuntungan sekaligus tantangan.
"Saat kita membuka media sosial, kemungkinan berbuat dosa itu semakin besar dan kita terus-menerus dilenakan oleh informasi yang menjerumuskan kita ke dosa besar dan banyak," ungkapnya.
Ersyad memandang, literasi media menjadi PR yang sangat besar bagi seorang muslim dan aktivitis Muhammadiyah.
"Bagaimana kita melihat media itu dengan membuat, menemukan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi apapun yang ada di media dengan pijakan dua hal, pijakan etis atau moral dan pijakan pengetahuan yang luas," terangnya.
Di sisi lain, media sosial juga bisa menjadi sumber penghasilan. Namun, hal ini perlu memahami yang namanya strategi digital marketing sebagai salah satu kebutuhan untuk bisa menghadapi persaingan bisnis.
"Pemasaran dan promosi digital adalah pondasi penting untuk pertumbuhan bisnis di era digital," ucap CEO Bandung Terkini Muhammad Rijaldi.
Pria yang akrab disapa Aldi Danker ini menilai, dengan memadukan beberapa jenis strategi digital marketing, maka bisa memulai untuk menciptakan online campaign guna meningkatkan brand awareness bisnis.
"Dengan memahami strategi dan taktik yang tepat, Anda dapat memanfaatkan peluang ini untuk mencapai audiens yang lebih luas dan mencapai tujuan bisnis," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya