"Dari segi kompetensi, kemampuan, kapasitas, Kang Arfi sudah seharusnya tidak di belakang layar. Tapi harus tampil ke depan menjadi Wali Kota Bandung," ujar Kang Ace.
Kemudian, tutur Kang Ace, telah mengenal baik Yena Iskandar Ma'soem karena pernah satu daerah pemilihan (dapil) di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Kontribusi keluarga Ma'soem luar biasa.
"Yena Ma'soem dari segi pendidikan, bisnis, dan berbagai kegiatan sosial tentu berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat di Kota Bandung. Teh Yena sekarang diusung oleh Partai Golkar dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI)," tuturnya.
Kang Ace mengatakan, tidak ada jalan lain bagi Partai Golkar dan PSI, mulai sekarang sudah membentuk tim sampai ke tingkat TPS. Tim tersebut bekerja door to door campaign (kampanye dari rumah ke rumah). Partai Golkar dan PSI harus menguasai 3.676 Tempat Pemungutan Suara (TPS) se-Kota Bandung.
Menurut Kang Ace, kerja-kerja politik seperti ini harus dilakukan. Sebab, Arfi dan Yena, hanya memiliki satu tubuh. Karena itu, harus ada Arfi-Arfi lain untuk mendekati masyarakat pemilih. Tugas itu hanya bisa diwakili oleh kader-kader Partai Golkar dan PSI berbasis TPS. Hanya dengan cara itu Arfi-Yena bisa menang di Pilkada Kota Bandung 2024.
"Karena itu, Radea (Rade Respati Paramudhita) sebagai ketua tim pemenangan Arfi-Yena, tugaskan Ketua PK dan PL, serta kader terpilih menjadi anggota DPRD Kota Bandung, untuk bisa memastikan tim dari struktur partai, relawan, PSI, bekerja keras di lapangan.
"Dalam waktu satu minggu, paling lambat dua minggu, mereka harus bekerja melakukan door to door campaign ke masyarakat. Setiap hari, ketuk pintu. Ini harus dilakukan, kita tidak bisa lagi bekerja sporadis," ucap Kang Ace.
Kang Ace menilai peluang Arfi-Yena menang terbuka lebar. Berdasarkan survei elektabilitas terakhir, Arfi-Yena meraih angka 22 persen. Padahal, saat DPP Partai Golkar memutuskan nama Arfi Rafnialdi bersama teh Yena maju di Pilkada Kota Bandung, hasil survei baru 7 persen.
Editor : Ude D Gunadi