BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung (Unisba) sukses menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk 'Inclusive Da’wah: Advancing SDGs through Empowering Diverse Communities'.
Acara Seminar Internasional merupakan hasil kerja sama Fakultas Dakwah Unisba bersama Fakultas Usuluddin Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), Brunei Darussalam, dan Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya (UM), Malaysia.
Seminar ini menghadirkan tiga pembicara terkemuka dari Brunei, Malaysia, dan Indonesia. Acara yang digelar secara daring ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor IV Unisba, Ratna Januarita.
"Acara ini sebagai langkah penting dalam menjalin kolaborasi erat antar negara," ucap Ratna dalam sambutannya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah Unisba, Ida Afidah mengatakan, seminar ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana dakwah dapat menjadi instrumen inklusif yang relevan dengan tantangan global.
"Sebagaimana yang tertuang dalam Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, seperti pendidikan berkualitas (SGD 4), keadilan gender (SGD 5), pemberdayaan kelompok marginal (10), dan harmoni dalam masyarakat (SGD 16)," kata Ida.
Dalam paparannya, pembicara dari UNISSA Brunei, Anis Malik Thoha mengulas pengalaman Brunei yang mengintegrasikan nilai budaya lokal dengan ajaran Islam melalui konsep Melayu Islam Beraja (MIB).
Dia menjelaskan bahwa harmoni antara keberagaman budaya dan nilai-nilai Islam merupakan kunci keberhasilan dakwah inklusif.
"Bahwa dakwah yang menghormati keragaman budaya dapat menjadi jembatan menuju masyarakat yang lebih inklusif dan damai," ungkap Anis.
Di sisi lain, Nur Shahidah dari UM, Malaysia menyoroti pentingnya komunikasi efektif dalam dakwah. Dia menegaskan bahwa empati, fleksibilitas, dan kepercayaan adalah elemen penting dalam menjangkau komunitas yang beragam.
"Optimis, personaliti, konsistensi, dan inovasi adalah strategi yang efektif untuk menyampaikan pesan kompleks secara sederhana, membangun hubungan emosional, dan menginspirasi transformasi sosial. Hal ini selaras dengan upaya mendukung SDG 4, SDG 10, dan SDG 16," tuturnya.
Sebagai wakil dari tuan rumah Fakultas Dakwah Unisba, Malki Ahmad Nasir menyoroti bagaimana teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan komunitas termarjinalisasi.
Dalam presentasinya, ia membahas pentingnya literasi digital di Indonesia, terutama untuk menjembatani kesenjangan antara komunitas perkotaan dan pedesaan. Teknologi, menurutnya, bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga medium pemberdayaan dalam dakwah.
Seminar yang dimoderatori olehChairiawaty ini berhasil memancing beberapa pertanyaan dari peserta sehingga diskusi berjalan lebih dinamis.
Diskusi dalam seminar ini menekankan bahwa dakwah yang inklusif tidak hanya membangun harmoni antar budaya, tetapi juga mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Para pembicara sepakat bahwa dakwah harus mampu menjawab tantangan global dengan empati, sensitivitas budaya, dan komunikasi yang relevan.
Kerja sama antara Unisba, UNISSA, dan UM menunjukkan bagaimana perguruan tinggi Islam di Asia Tenggara dapat bersinergi untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan berdaya.
Seminar ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai Islam dapat diintegrasikan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, menjadikan dakwah sebagai medium transformasi sosial yang bermakna.
Editor : Rizal Fadillah