BANDAR LAMPUNG, iNewsBandungRaya.id - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI Tubagus Ace Hasan Syadzily menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Mathla'ul Anwar dan Rakernas Muslimat Mathla’ul Anwar di Kota Bandar Lampung, Sabtu (21/12/2024).
Dalam kegiatan itu, Gubernur Lemhanas RI memberikan sambutan saat pembukaan rakernas. Dia menekankan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Hadir Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar KH Embay Mulya Syarief dan jajaran, Penjabat (Pj) Gubernur Lampung Samsudin yang diwakili Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Hukum Ganjar Kationo, ulama, cendekiawan, dan pemimpin organisasi Mathla’ul Anwar.
Ketua Majelis Amanah PB Mathla'ul Anwar KH Ahmad Syadeli Karim, Waketum Majelis Amanah PB Mathlaul Anwar Prof Syaiful Mujani, anggota DPD RI Abdul Hakim, Tatang Mutakin mewakili Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr Ahmad Jayadi mewakili Menteri Agama (Menag), dan Ketum Muslimat Mathla'ul Anwar Trisna Ningsih Yuliati.
Gubernur Lemhanas RI mengatakan, Mathla'ul Anwar merupakan bagian dari perjalanan hidup. Sebab, Mathla'ul Anwar memiliki sejarah penting, bukan saja di Banten tapi seluruh Indonesia. Mathla'ul Anwar merupakan organisasi Islam tertua di Indonesia. Maka, artinya pendiri Indonesia, salah satunya adalah dari Mathla'ul Anwar.
Karena itu, kata dia, tanggung jawab sejarah bagi seluruh warga Mathla'ul Anwar untuk menjadikan Indonesia negara kuat. Karena kelahiran Indonesia juga karena kontribusi para ulama yang tergabung dalam Mathla'ul Anwar.
"Bagi saya sangat heran, jika ada warga Mathla'ul Anwar mempertanyakan tentang sistem pemerintahan NKRI kita. Masih memiliki keraguan terhadap nation state yang seharusnya kita jaga bersama. Bahkan apa yang dilakukan Mathla'ul Anwar pasti sejalan dengan cita-cita kebangsaan," kata Gubernur Lemhanas RI.
Cita-cita kebangsaan Indonesia, ujar Kang Ace, sapaan akrab Tubagus Ace Hasan Syadzily, termaktub dalam pembukaan UUD 45, yaitu melindungi segenap rakyat Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut terlibat dalam perdamaian dunia. "Saya kira, itu juga menjadi cita-cita yang dibangun oleh Mathla'ul Anwar," ujar Kang Ace.
Menurut Kang Ace, sangat relevan, Rakernas II Mathla'ul Anwar mengusung tema Sinergi Mathla’ul Anwar dengan Pemerintah dalam Mewujudkan Asta Cita Menuju Indonesia Emas 2045". Program Asta Cita sejalan dengan 9 prinsip Mathla’ul Anwar.
Keselarasan ini menjadi fondasi kuat dalam membangun bangsa. Oleh karena itu, kewajiban seluruh komponen bangsa mendukung program Asta Cita atau delapan cita-cita yang ingin dibangun Presiden Prabowo Subianto.
"Secara garis besar, ada empat yang ingin dibangun oleh Presiden Prabowo. Pertama, Indonesia sebagai bangsa harus mandiri. Membangun kemandirian bangsa, terutama dalam dua hal, yaitu, di bidang pangan dan energi," tutur Gubernur Lemhanas RI.
Bangsa Indonesia, kata Kang Ace, dianugerahi oleh Allah SWT, dengan kekayaan alam luar biasa. Dalam sejarah perjalanan bangsa, Indonesia selalu menjadi tempat persinggahan bagi masyarakat dunia, sebab di negeri ini terdapat berbagai sumber daya alam yang tidak dimiliki negara lain.
"Tentu ini merupakan satu kelebihan, kemewahan yang dimiliki bangsa kita. Tapi di sisi lain, kekayaan sumber daya alam bisa menimbulkan konflik dan dibuat konflik oleh pihak-pihak berkepentingan terhadap negara kita," ucap Kang Ace.
Gubernur Lemhanas RI menyatakan, ketika bangsa Eropa menemukan teknologi pelayaran, maka mereka datang ke Maluku dan Banten. Sebab di Indonesia terdapat berbagai sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk survive mereka. Sampai hari ini, Indonesia menjadi negara yang memiliki sumber daya alam luar biasa.
"Apakah potensi sumber daya alam ini sudah dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan rakyat? Tentu jawabannya dikembali ke kita sendiri. Nyatanya sampai hari ini, berbagai kebutuhan dasar kita, row material kita banyak diekspor dan ketika kembali ke negara kita telah berubah menjadi komoditas yang bernilai tinggi. Kita harus membelinya dengan harga mahal," ujarnya.
Karena itu, tutur Kang Ace, ketahanan pangan dan energi yang dibangun oleh pemerintahan Prabowo Subianto, tentu harus dikembalikan kepada kita untuk bagaimana bisa memanfaatkan potensi tersebut yang berorientasi kepada penciptaan lapangan kerja dan nilai tambah bagi masyarakat.
"Salah satu yang didorong dalam konteks Asta Cita itu adalah membangun hilirisasi dan industrialisasi yang memiliki nilai tambah ekonomi dan bisa menciptakan lapangan kerja," tutur Kang Ace.
Gubernur Lemhanas RI mengatakan, itu lah sesungguhnya makna Asta Cita. Kunci untuk menciptakan hilirisasi dan industrialisasi kekayaan alam adalah sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
Kalau kualitas SDM tidak mampu bersaing dan berkemampuan di bidang yang dibutuhkan, bangsa Indonesia akan selalu menjadi konsumen bukan produsen.
"Mathla'ul Anwar, organisasi yang berorientasi keagamaan dan peningkatan SDM, sudah saatnya mendorong pendidikan diorientasikan kepada sains, teknologi, dan matematika. Sebab hingga saat ini, Indonesia masih sangat ketinggalan (di tiga bidang ilmu tersebut)," ucap Gubernur Lemhanas RI.
Penting memperkuat nilai-nilai religius, tetapi penting juga diarahkan untuk menciptakan ketahanan nasional. Untuk itu, kualitas pendidikan harus ditingkatkan.
Pada 2045, Indonesia berusia 100 tahun. Namun angka prevalensi stunting masih tinggi, 18 persen. Artinya, masih ada orang Indonesia yang kekurangan gizi. Intelligence Quotient (IQ) sebagai ukuran kualitas SDM, masih 78, sedikit lebih tinggi dari sinpanse. Sedangkan rata-rata IQ penduduk Singapura, 107.
"Jadi, itu fenomena yang dihadapi. Kalau kita ingin menjadi negara maju, salah satu yang harus didorong adalah mewujudkan SDM unggul. Asta Cita yang dibangun Presiden Prabowo intinya adalah ingin menciptakan kemandirian di bidang pangan dan energi, dengan kuncinya SDM. Mampu atau tidak kita membangun SDM berkualitas sehingga bisa bersaing dengan SDM dari negara lain," ucap Kang Ace.
Ekspektasi terbesar Kang Ace, kualitas SDM meningkat yang dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas pula. Itu bukan hanya tugas dan tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh komponen bangsa, termasuk Mathla'ul Anwar.
Fondasi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, ujar Kang Ace, harus disiapkan dari sekarang. Apalagi saat ini, Indonesia seharusnya menikmati bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif mayoritas dibanding usia lanjut.
"Kalau Indonesia bisa membangun SDM produktif, memiliki keterampilan yang dibutuhkan, dan berdaya saing, maka fase sekarang lah sangat menentukan apakah Indonesia menjadi negara maju di 2045 atau negara yang terjebak dalam kelas menengah, tidak naik menjadi negara berpenghasilan tinggi," ujarnya.
Peran dan kontribusi Mathla'ul Anwar, tutur dia, diharapkan terus mendorong upaya peningkatan SDM. Konsistensi Mathla'ul Anwar untuk terus bergerak di dunia pendidikan dan dakwah, sesuatu yang positif bagi upaya Indonesia terus memantapkan nilai-nilai kebangsaan.
"Saya berharap Lemhanas RI dan Mathla'ul Anwar terus bersinergi. Lemhanas RI memiliki tiga fungsi. Setiap tahun Lemhanas mencetak calon-calon jenderal TNI-Polri. Pejabat dan tokoh masyarakat sipil termasuk dari Mathla'ul Anwar juga bisa mengikuti pendidikan di Lemhanas," tutur Kang Ace.
Fungsi kedua, kata Gubernur Lemhanas RI, Lemhanas menjadi think tank presiden. Lemhanas memberikan masukan bagi presiden terkait arah kebijakan yang akan diambil pemerintah. Karena itu, di Mathla'ul Anwar banyak memiliki intelektual yang nanti akan dimintai masukan konstruktif bagi kebijakan pemerintah.
"Ketiga, tugas Lemhanas RI adalah memantapkan nilai-nilai kebangsaan. Terus terang saja, pascareformasi, pendidikan karakter, Pancasila, dan konstitusi, tidak seperti era Orde Baru, seperti P4. Terlepas dari kekurangannya, tetapi ada standard dalam proses pendidikan kebangsaan. Kalau sekarang, tidak ada," ucap Gubernur Lemhanas RI.
Editor : Ude D Gunadi