Mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok di Jabar

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat menggelar Sosialisasi Implementasi Kawasan Tanpa Asap Rokok. Acara ini berlangsung di Kantor Dinkes Jabar pada Selasa (18/2/2025).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Rochady Hendra Setya Wibawa mengatakan, kegiatan ini digelar untuk dapat mengoptimalkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di wilayah Jabar.
Harapannya, melalui sosialisasi ini dapat meningkatkan derajat kesehatan segenap masyarakat dan mengedukasi tentang KTR.
"Jadi ini intinya bukan bebas rokok ya, tapi kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa rokok itu bukan berarti menyuruh orang berhenti merokok. Meskipun, sebetulnya harapan kita semua adalah orang-orang bisa berhenti merokok," jelasnya.
Dijelaskan Hendra, setiap OPD maupun perkantoran diharapkan bisa menyediakan tempat yang dikhususkan sebagai tempat merokok.
"Jadi, harapannya adalah disiapkan tempat khusus merokok di luar gedung yang terbuka dan langsung berhubungan dengan udara luar. Ini bukan soal melarang merokok, tetapi menyediakan tempat khusus untuk merokok. Kalau untuk usaha berhenti merokok, tempatnya di puskesmas," ungkapnya.
"Seharusnya, semua OPD, perkantoran, dan mal menerapkan hal yang sama. Contohnya, seperti di bandara yang menyediakan tempat khusus bagi perokok. Di Dinas Kesehatan, misalnya, tempat khusus merokok ada di depan dekat pos PAM," tambahnya.
Selain soal kawasan tanpa rokok, pihaknya juga melakukan penerapan pembatasan iklan rokok, seperti yang sudah dikeluarkan Pemprov Jabar melalui surat edaran Gubenur Jabar.
"Karena kita tahu bahwa iklan rokok menjadi salah satu faktor yang mendorong perokok pemula," katanya.
Sementara itu terkait penegakan aturan KTR, kata Hendra, efektivitasnya masih rendah kendati sudah diatur dalam perda maupun surat edaran.
"Itu sebabnya, sosialisasi ini sangat penting. Nantinya, diperlukan satgas khusus untuk menguatkan aturan ini," jelasnya.
Di tempat yang sama, Ketua No Tobbaco Community (NOTC), Bambang Priyono mengungkapkan data tingginya rata-rata konsumsi rokok di Jabar.
Di mana, Jabar menjadi provinsi dengan prevalensi merokok tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 27 persen di atas rata-rata nasional 22,46%. Data ini merupakan laporan Survey Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.
"Data dari Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki angka perokok anak tertinggi. Anak usia 15–19 tahun yang merokok mencapai sekitar 20%. Bahkan, survei tersebut mencatat sebanyak 75% anak usia 15–19 tahun di Jawa Barat pernah mencoba merokok," paparnya.
"Ini sangat mengkhawatirkan, sehingga pengendalian tembakau di Jawa Barat menjadi penting untuk melindungi anak-anak dari bahaya konsumsi rokok," lanjutnya.
Saat ini, kata Bambang, baru Kota Bogor dan Kota Depok yang benar-benar mengimplementasikan larangan rokok. Ia berharap melalui acara ini, Pemprov Jabar bisa mendorong daerah lain agar mengimplementasikan larangan iklan, promosi, dan sponsor rokok.
"Salah satu kekhawatiran adalah soal Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari iklan rokok. Beberapa kabupaten/kota masih mempertahankan iklan rokok karena khawatir PAD berkurang. Padahal, larangan iklan rokok penting untuk mencegah perokok pemula," tandasnya.
Editor : Agung Bakti Sarasa