Unisba Kukuhkan Guru Besar Baru, Perkuat Kualitas Akademik dan Daya Saing

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id – Universitas Islam Bandung (Unisba) melantik Guru Besar pada Kamis (27/2/2025). Pelantikan ini menjadi momentum penting dalam upaya Unisba meningkatkan kualitas akademik serta memperkuat peran perguruan tinggi dalam mencetak sumber daya manusia unggul.
Rektor Unisba, Edi Setiadi menyampaikan bahwa dengan bertambahnya Guru Besar, Unisba semakin memperkokoh posisinya sebagai institusi pendidikan tinggi yang kompetitif.
Saat ini, jumlah Guru Besar aktif di Unisba mencapai 32 orang, sedangkan jika dihitung dengan dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK), jumlahnya bertambah menjadi 45 orang.
"Dengan NIDK, ya. Jadi artinya, guru besar yang sudah purna tugas kemudian diaktifkan kembali. Kalau yang murni, itu 32 orang," ujar Edi, Kamis (27/2/2025).
Dalam kesempatan ini, Edi Setiadi juga menekankan pentingnya peningkatan jumlah Guru Besar di Unisba. Ia menargetkan agar jumlah dosen yang mencapai jenjang tertinggi dalam dunia akademik semakin bertambah. Saat ini, Unisba telah melampaui target awal dengan 18 Guru Besar baru, lebih banyak dari target awal 15 orang.
"Target ke depan hanya itu, seperti yang tadi dikatakan oleh Pak Kalem, 90-an atau 100 dosen yang rektor kepala itu harus jadi guru besar. Itu nanti menjadi tugas rektor yang baru," ungkapnya.
Edi juga mengatakan, dalam proses kenaikan jabatan akademik, kendala utama bukan hanya pada aspek administratif atau persyaratan akademik, tetapi juga kesadaran individu dosen itu sendiri.
Meski Unisba telah memberikan berbagai dukungan berupa insentif penelitian, fasilitasi publikasi jurnal, serta apresiasi berupa laptop untuk Guru Besar baru, masih ada dosen yang kurang termotivasi karena menganggap kenaikan gaji tidak terlalu signifikan.
Edi menekankan bahwa kenaikan jabatan ini bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga demi kemajuan institusi. Dengan bertambahnya jumlah Guru Besar, kualitas akademik Unisba juga akan semakin meningkat, sehingga memberikan dampak positif bagi mahasiswa serta masyarakat luas.
"Kalau hanya melihat kepentingan pribadi, ada dosen yang enggan naik jabatan karena merasa kenaikan gaji hanya 200 ribu rupiah. Mereka berpikir, "Saya sudah cukup, tidak perlu naik jabatan." Nah, ini berarti mereka hanya melihat keuntungan pribadi, padahal institusi membutuhkan peningkatan jumlah guru besar," paparnya.
Saat ini, hampir seluruh fakultas di Unisba telah memiliki Guru Besar. Fakultas Syariah Islamiyah, yang sebelumnya sempat pesimistis dalam mencetak Guru Besar, kini telah memiliki Prof. Naneng dan Prof. Abdurrahman. Fakultas Tarbiyah memiliki Prof. Rahmi Nawati, dan Fakultas Dakwah memiliki Prof. Wildan.
Satu-satunya fakultas yang masih belum memiliki Guru Besar adalah Fakultas Kedokteran, mengingat usianya yang masih tergolong muda. Namun, potensi di fakultas ini cukup besar, dengan banyaknya dosen yang telah mencapai jenjang lektor kepala. Diperkirakan dalam waktu dekat, akan ada Guru Besar pertama dari Fakultas Kedokteran Unisba.
"Ya, akhirnya tahun ini ada. Bisa jadi dekan dan para wakil dekan di sana yang akan menjadi guru besar pertama," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya