get app
inews
Aa Text
Read Next : Zakat Fitrah 2025, Ini Besaran dan Waktu Pembayarannya

I'tikaf Sesuai Sunnah: Syarat, Tata Cara, dan Amalan yang Perlu Diketahui

Kamis, 20 Maret 2025 | 10:15 WIB
header img
I'tikaf Sesuai Sunnah. (Foto: Ilustrasi/Freepik)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Bulan Ramadhan selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan, terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah i’tikaf. Namun, masih banyak yang mempertanyakan bagaimana tuntunan i’tikaf yang benar menurut ajaran Rasulullah SAW.

Secara bahasa, i’tikaf berarti berdiam diri dan menetap dalam sesuatu. Namun, para ulama memiliki perbedaan dalam mendefinisikannya secara istilah.

Al-Hanafiyah mendefinisikan i’tikaf sebagai berdiam diri di masjid yang biasa digunakan untuk salat berjamaah. Sedangkan Asy-Syafi’iyyah mengartikan i’tikaf sebagai berdiam diri di masjid dengan melaksanakan amalan-amalan tertentu yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

I’tikaf sendiri disyariatkan berdasarkan dalil Al-Quran dan hadis. Dalam Al-Quran, terdapat perintah yang menyebutkan tentang i’tikaf di masjid dalam surat Al-Baqarah ayat 187.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa ketika seseorang melakukan i’tikaf, ia tidak diperbolehkan untuk berhubungan suami istri dan harus tetap berada di dalam masjid.

Selain itu, hadis riwayat Aisyah ra. yang terdapat dalam Shahih Muslim juga menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. secara rutin melaksanakan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan hingga beliau wafat. Setelah itu, istri-istri beliau melanjutkan kebiasaan tersebut.

Dalam buku Tuntunan Ramadhan yang diterbitkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dijelaskan bahwa i’tikaf merupakan aktivitas berdiam diri di masjid dalam waktu tertentu dengan melakukan ibadah tertentu demi meraih ridha Allah.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan I’tikaf

Kapan I’tikaf dilaksanakan? mengenai waktu pelaksanaan i’tikaf, para ulama memiliki pandangan yang beragam. Sebagian ulama, seperti Al-Hanafiyah, memperbolehkan i’tikaf dilaksanakan dalam waktu yang singkat tanpa batasan tertentu.

Sementara itu, Al-Malikiyah menyebutkan bahwa minimal waktu pelaksanaan i’tikaf adalah satu malam dan satu hari. Oleh karena itu, i’tikaf dapat dilakukan dengan durasi yang bervariasi, baik hanya beberapa jam atau bahkan sehari semalam.

Sedangkan mengenai tempat pelaksanaan i’tikaf, dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 187 menyatakan bahwa i’tikaf dilakukan di masjid. Namun, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jenis masjid yang dapat digunakan.

Sebagian ulama seperti Al-Hanafiyah mensyaratkan bahwa masjid yang digunakan untuk i’tikaf harus memiliki imam dan muadzin khusus. Sedangkan Al-Hanabilah berpendapat bahwa i’tikaf dapat dilaksanakan di masjid yang biasa digunakan untuk shalat berjamaah, meskipun bukan masjid yang digunakan untuk shalat Jumat.

Syarat dan Amalan Selama I’tikaf

Dalam pelaksanaan i’tikaf, terdapat beberapa syarat yang perlu dipenuhi agar ibadah ini sah. Di antaranya, pelakunya harus beragama Islam, sudah baligh baik laki-laki maupun perempuan, melaksanakan i’tikaf di masjid, memiliki niat yang jelas, dan tidak diwajibkan dalam keadaan berpuasa. Dengan demikian, orang yang tidak berpuasa pun tetap boleh melakukan i’tikaf.

Selain itu, para ulama sepakat bahwa orang yang melakukan i’tikaf tidak diperbolehkan keluar dari masjid kecuali karena alasan syar’i seperti melaksanakan shalat Jumat atau keperluan mendesak lainnya seperti buang air atau mandi. 

Hal ini dimaksudkan agar kekhusyukan dalam beribadah tetap terjaga. Selama i’tikaf, disarankan untuk memperbanyak amalan ibadah seperti membaca Al-Quran, berdzikir, melaksanakan shalat sunnah, dan mempelajari buku-buku agama.

Apakah I’tikaf Harus Dilakukan Dalam Suasana Tertentu?

Beberapa orang meyakini bahwa kekhusyukan dalam i’tikaf dapat dicapai dengan mengatur suasana tertentu, seperti penggunaan lampu yang redup. Namun, dari penjelasan para ulama, tidak ditemukan dalil yang secara khusus mewajibkan atau mensyaratkan hal tersebut.

Kekhusyukan dalam i’tikaf seharusnya dicapai melalui niat yang tulus, amalan yang benar, serta ketekunan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, tidak perlu menekankan hal-hal teknis yang tidak memiliki dasar kuat dalam ajaran Islam.

I’tikaf merupakan salah satu cara terbaik untuk mengisi sepuluh hari terakhir Ramadan dengan ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah. Dengan memahami tuntunan yang benar menurut ajaran Rasulullah SAW, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan i’tikaf dengan lebih baik dan memperoleh keberkahan dari ibadah tersebut.

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut