get app
inews
Aa Text
Read Next : TP PKK Jabar Dukung Penuh Lembur Diurus, Kota Ditata, Jabar Istimewa

Gerak Cepat Dedi Mulyadi Atasi Berbagai Persoalan di Jabar, Pakar: Fenomena Ki Sunda

Senin, 07 April 2025 | 08:47 WIB
header img
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. (Foto:Biro Adpim Jabar)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Kiprah Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang gerak cepat (gercep) mengatasi berbagai persoalan di Jawa Barat, viral di media mainstream dan media sosial (medsos). Pakar menilai kiprah Dedi Mulyadi yang akrab disapa Kang DM itu sebagai fenomena Ki Sunda

Bukan hanya turun langsung menyapa warga dan menyelesaikan persoalan, Kang DM juga menelurkan sejumlah kebijakan tegas dan berpihak kepada kepentingan rakyat. Seperti, melarang studi banding sekolah, membongkar tempat wisata dan bangunan liar tanpa izin. 

Guru Besar Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (FISIP Unpad) Prof Obsatar Sinaga mengatakan, gaya kepemimpinan Kang DM menjadi pembicaraan di pelosok negeri, bukan hanya di Jawa Barat. 

"Ketika saya berkunjung ke Grobokan, Purwadadi, Jawa Tengah, saya bertanya kepada pedagang kaki lima, suku Jawa asli tentang Gubernur mereka yang baru saja dilantik. Pujian justru dijatuhkan kepada Gubernur Jabar Kang  DM," kata Prof Obi sapaan akrab dari Prof Obsatar Sinaga, Senin (7/4/2025).

Menurut Prof Obi,  ketika berada di Jawa Timur, menyaksikan tayangan di medsos yang diselenggarakan secara terbuka, menayangkan obrolan warga yang menyampaikan tema tentang Gubernur Jatim.

'Warga dalam obrolan itu memberikan penilaian bahwa gubernurnya lambat dan belum melakukan apa yang dijanjikan. Sekali lagi, pujian dijatuhkan pada Kang DM sebagai pembanding," ujar Prof Obi. 

Prof Obi menuturkan, saat momen Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, Senin (31/3/2025) satu pekan lalu, berlebaran di Kalimantan Timur, berkesempatan berbincang dengan warga transmigran di sana. 

Karena tahu Prof Obi dari Bandung, mereka banyak bertanya tentang Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi. Dengan bangga mendengar warga di sana memuji kang DM. 

"Semua ini saya sebut sebagai fenomena Dedi Mulyadi dan karena Kang DM orang Sunda maka saya sebut fenomena Ki Sunda. Memang, tidak sedikit tokoh Sunda (terutama tokoh partai) yang menyampaikan kepada saya tentang weakness Kang DM," tuturnya. 

Semua isu yang bersifat pribadi itu berkembang di masyarakat. "Rumor itu berkisar mulai dari kasus hukum, selentingan tentang kenakalan laki-laki, perilaku yang (katanya) syirik, sampai urusan rumah tangga yang gagal.

"Namun sebagai manusia, saya menilai wajar saja apa yang dituduhkan sebagai perilaku yang tidak merugikan banyak orang atau urusan pribadi. Orang Indonesia, khususnya suku Sunda, pemaaf, sepanjang manfaat lebih besar terasa di masyarakat. Khoirunassi anfauhum linass," ucap Prof Obi.

Artinya, ujar dia, masih ada kesempatan menjadi sebaik baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk manusia lain. Dedi Mulyadi adalah fenomena. Fenomena membutuhkan sejumlah fakta untuk meyakinkan. 

"Bahkan perilaku yang dituduhkan bahwa Kang DM ingin dianggap raja. Dipanggil raja saat jadi Bupati Purwakarta, kami sepakati saja sebagai jawaban fenomena raja. Lebih dalam lagi tuduhannya dari Habib Rizieq yang mengatakan musrik justru menjadi fenomena keyakinan bahwa di setiap daerah ada kearifan lokal yang fungsinya mengantarkan kekayaan budaya dan ibadah sekaligus," ujar dia. 

Prof Obi menuturkan, Gus Dur mengatakan “Islam datang ke Indonesia bukan untuk mengubah budaya yang ada, bukan mengganti sampeyan menjadi antum, bukan sarung menjadi jubah atau saya menjadi ana”. Kalimat Gus Dur ini menjadi falsifikasi atas tuduhan musrik itu. 

Dia menyarankan, orang Sunda (hidup di Sunda, Tatar Sunda, dan orang tua Suku Sunda) agar menjaga Kang DM. 

"Bapak Urang jangan sampai kecletot (tersandung) dan jatuh tersungkur. Sebagai orang Indonesia, kita harus mendorong Bapak Urang karena memang kita membutuhkannya sebagai pemimpin yang punya karakter. Indonesi masa depan membutuhkan Kang DM," tutur Prof Obi. 

Prof Obi menganalisis, jika hari ini dilakukan sensus, hampir pasti rakyat Indonesia membutuhkan gaya dan karakter kepemimpinan  Kang DM,l yang penuh inisiatif, gerak cepat, problem solving, dan membela kepentingan rakyat. 

"Dalam sebuah kesempatan di satu mobil bersama Presiden Prabowo, kang DM mencatat kalimat sakti dari presiden. “Saya hanya akan menjadi presiden satu periode saja, selanjutnya Pak dedi meneruskan,” ucapnya.

"Kalimat itu logis karena Pak Prabowo sudah cukup tua dan pernah mengalami stroke. Waktu untuk menikmati hidup, menjaga kesehatan, dan healing harus disiapkan sejak dini. Meskipun ada kebiasaan, seorang presiden yang sukses selalu dua periode, kalaupun tidak orangnya, ya partainya lah," ujar Prof Obi.

Prof Obi menuturkan, partai Presiden Prabowo dan Kang DM adalah Gerindra. Semakin logis dan pantas menjadi fenomena bahwa rakyat Indonesia membutuhkan karakter leadership Kang DM. Apalagi kalau berharap agar tugas berat Presiden Prabowo yang belum selesai akan dikhatamkan oleh Kang DM.

Terakhir dan terpenting, tandas Prof Obi, doakan Kang DM  agar semua weakness yang dilontarkan orang orang yang tidak senang berubah menjadi kebaikan. Kalau pun kita tidak berhasil mengubahnya, semoga Allah SWT Yang Maha Kuasa mengubah Kang DM menjadi semakin baik. 

"Perlu diingat oleh kita semua bahwa orang-orang yang tidak suka Kang DM, tidak membutuhkan penjelasan apa pun tentang kebaikan. Sebab pasti akan tetap mencari celah untuk menempatkan kebaikan itu sebagai keburukan. Sedangkan sebaliknya orang-orang uang menyukai tidak membutuhkan penjelasan tentang keburukan apa pun. Percayalah, langit tidak perlu mengatakan saya tinggi sebab langit memang sangat tinggi. Laut tidak perlu mengatakan saya dalam karena semua manusia tahu kalau laut itu dalam. Karena itu, Kang DM harus terus mengukir prestasi produk kebijakan yang bernilai tinggi di hati rakyat yang dalam. Agar semua orang percaya kang DM bernilai tinggi seperti langit dan melekat di hati rakyat yang paling dalam," tandas Prof Obi yang juga jurnalis senior ini. 

Untuk itu, waktunya masih sangat cukup wirid sosial untuk bisa mengubah takdir. Bukan kah takdir tidak dapat berubah kecuali oleh doa? Paradigma hanya bisa diubah oleh fenomena. 

"Paradigma lama presiden Indonesia harus selalu suku jawa dengan pertimbangan jumlah penduduk terbanyak. Meskipun paradigma tidak diakui secara teoritik, namun kenyataan membuktikan. Paradigma itu bisa diubah dengan fenomena  Kang DM.  Sekaligus menjadi harapan bagi suku suku lainnya di Nusantara. Semoga," pungkasnya.

Editor : Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut