Rombongan SSDN P4N LXVIII Tinjau Peran ITB dan Bio Farma dalam Ketahanan Nasional

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi perguruan tinggi yang dikunjungi Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) dalam pelaksanaan Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN) Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) LXVIII TA 2025.
Sebanyak 27 peserta SSDN P4N LXVIII TA 2025 yang terdiri atas TNI, Polri, ASN, Non-ASN, serta peserta dari negara sahabat, yakni Yordania dan Timor Leste, melakukan diskusi di Rektorat ITB, Kamis (24/4/2025).
Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Kepemimpinan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Mayjen TNI Supriyatna, memimpin kunjungan rombongan, didampingi oleh Sekretaris Rombongan Kolonel Adm Darwis Akmal P, Staf Umum Letkol Kav Wahyudi, serta, Andrea H Poeloengan, Tenaga Profesional Bidang Hukum dan HAM, turut serta dalam kunjungan ini. Rombongan diterima dengan hangat oleh Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara.
Sebagaimana diketahui, ITB mengemban Tri Dharma Perguran Tinggi yakni mencetak sumber daya unggul melalui pendidikan, mengembangkan ilmu dan teknologi melalui penelitian, serta menyebarkan dan menerapkan ilmu dan teknologi kepada masyarakat dan layanan kepakaran. Oleh karena itu, fungsi ITB sebagai perguruan tinggi adalah tempat belajar, agen kontrol sosial, agen perubahan kemajuan, dan penghasil pemimpin.
Posisi perguruan tinggi bersifat mendasar dalam kemajuan ekonomi bangsa tercermin dari sejarah revolusi industri yang seluruhnya di-“drive” oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang dihasilkan melalui perguruan tinggi. Karenanya terdapat korelasi yang erat antara negara-negara maju yang berpendapatan tinggi, di mana status tersebut diperoleh bukan dengan mengandalkan sumber daya alam melainkan karena modal sumber daya manusia.
Berdasarkan fakta tersebut, dukungan negara yang memadai dan konsisten terhadap perguruan tinggi yang tercermin dari belanja penelitian dan pengembangan serta pembangunan ekosistemnya akan menjadi kunci bagi terwujudnya kemajuan bangsa.
Gubernur Lemhannas RI, TB. Ace Hasan Syadzily, dalam sambutan yang dibacakan Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Kepemimpinan Lemhannas RI, Supriyatna, mengatakan, sebagai lembaga yang dikenal sebagai School of Geopolitics, Lemhannas mengajak peserta pendidikannya mengenal dan memahami geopolitik dan geosintetik yang memengaruhi kondisi global, regional, maupun nasional suatu bangsa.
Untuk itulah para peserta diberikan program dalam bentuk SSDN, yang salah satu kegiatan utamanya berupa kunjungan studi strategis dengan cara melakukan orientasi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik menganalisis dan memahami berbagai permasalah yang terjadi di suatu daerah ditinjau dari aspek pancagatra. Dengan adanya program ini, Lemhannas RI berharap akan terciptanya kolaborasi dan semua kendala kebijakan dapat diselesaikan bersama-sama.
Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara juga pernah menjadi peserta dalam program Lemhannas tersebut. Prof. Tata mengaku, dari program tersebut banyak hal yang dipelajari sehingga dapat memahami berbagai aspek ketahanan nasional.
Dalam pertemuan tersebut juga, Prof. Tata membahas mengenai peran perguruan tinggi untuk pertahanan nasional. Berdasarkan analisis dari negara-negara maju, kunci dari kemajuan negeri dan pertahanan nasional adalah sumber daya manusia yang dapat memberikan nilai tambah bagi sumber daya alam melalui ilmu dan teknologi.
Prof. Tata mengatakan, Indonesia memiliki persoalan dan solusi yang mungkin akan berbeda dengan negara lainnya. Oleh karena itu, perlu teknologi yang dibuat sendiri, salah satunya dengan cara kolaborasi. Selain itu, perumusan kebijakan harus konsisten dan melintasi batas periode pemerintahan, yang dijalani negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang, Korea dan Cina.
"Kalau kita ingin tumbuh sebagai negara yang maju, kita harus membuat ekosistem nasional, ada industri, iptek, keuangan dan bisnis, serta inovasi," ujarnya.
Adapun sejumlah kontribusi ITB bagi ketahanan nasional, seperti High Altitude Long Endurance Unmanned Aerial Vehicle (HALE UAV), yakni pesawat nirawak yang dirancang untuk misi surveillance dan komunikasi pada ketinggian 4.000-60.000 kaki di atas jalur penerbangan komersil; bahan bakar alternatif Katalis Merah Putih yang menjadi salah satu contoh riset yang sampai ke hilir; Aplikasi Desanesha yang dapat menjembatani komunikasi kepala desa di seluruh Indonesia dengan para pakar ITB terkait permasalahan yang dihadapi di desa terkait.
Terkait keamanan siber, di ITB terdapat fasilitas ITB-Korea Cyber Security Research and Development Center (CSC), yang merupakan gedung pusat keamanan dunia maya pertama di Indonesia, yang menjadi pusat untuk penelitian serta pengembangan dan inovasi atas solusi-solusi persoalan keamanan informasi di era siber.
ITB pun memiliki program magister, salah satunya Design Leadership yang turut membantu pengembangan UMKM, juga Inkubator di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB yang juga membina UMKM. Selain itu, alumni ITB pun turut berperan dalam bidang transportasi nasional dan berbagai bidang lainnya.
“Salah satunya Arvila Delitriana yang menjadi sosok penting dalam pembangunan jembatan lengkung LRT terpanjang di dunia,” pungkas Rektor ITB yang merupakan Alumni PPSA XXII Lemhannas RI T.A. 2019.
Selanjutnya, rombongan SSDN P4N) LXVIII Lemhannas RI T.A. 2025, melanjutkan kunjungannya ke PT. Bio Farma (Persero) pada 24 April 2025 di Kantor Pusat Bio Farma Bandung. Rombongan diterima langsung oleh Komisaris Utama Bio Farma, Tugas Ratmono, dan Wakil Direktur Utama Bio Farma, Soleh Ayubi.
Pada kesempatan ini, rombongan peserta SSDN P4N 68 Lemhannas RI mendapatkan pemaparan terkait situasi terkini dan kontribusi Bio Farma Group dalam menjaga ketahanan kesehatan nasional, serta melakukan kunjungan pada fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh Bio Farma di Kantor Pusat Bandung.
Mayjen TNI Supriyatna, mewakili Gubernur Lemhannas RI, TB. Ace Hasan Syadzily, menyampaikan apresiasinya kepada Bio Farma atas penerimaan peserta SSDN P4N 68 Lemhannas RI.
“Kami mewakili Gubernur Lemhannas RI, mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Bio Farma atas kesempatan kepada rombongan SSDN P4N 68 Lemhannas RI untuk berkunjung dan belajar di salah satu objek strategis negara ini. Lemhannas RI mengemban tugas untuk menciptakan kader-kader pimpinan nasional untuk dibekali beragam pengetahuan dalam rangka mencetak kader yang beretika, bermoral, dan berwawasan luas. Program pendidikan ini berlangsung selama 6 bulan.” papar Mayjen TNI Supriyatna.
Komisaris Utama Bio Farma, Tugas Ratmono, menyampaikan bahwa saat ini Bio Farma telah memberikan kontribusi positif kepada ketahanan negara, dan diharapkan kedepannya Bio Farma juga dapat melakukan ekspansi agar dapat menjadi salah satu leader farmasi di tingkat global.
“Sejak berdirinya Bio Farma 135 tahun yang lalu, perusahaan ini telah memberikan kontribusi positif pada ketahanan kesehatan masyarakat. Pada perjalanannya, Perusahaan ini juga telah meraih kepercayaan dari organisasi tingkat global seperti WHO dan UNICEF dengan produk unggulan vaksin polio. Selama itu pula kami senantiasa berupaya meningkatkan kontribusi tersebut baik untuk kepentingan masyarakat baik di dalam negeri, maupun meningkatkan peranan Indonesia di tingkat global”, jelasnya.
Kemudian Komut Bio Farma menlanjutkan bahwa, “Sebagai bagian dari BUMN, kami juga sadar bahwa kami menjadi bagian penting dari suatu ketahanan nasional yang juga bagian dari ketahanan negara. Dengan kunjungan dari Lemhannas RI ini menjadi point penting bagaimana kita juga merancang suatu ekosistem dalam bidang kesehatan yang menopang ketahanan kesehatan dan ketahanan nasional. Tentunya dalam kesempatan ini menjadi momentum sangat penting, agar Bio Farma juga mendapatkan wawasan dari Bapak Ibu peserta SSDN P4N 68 Lemhannas RI.” papar Tugas.
Dalam perjalanan berdirinya, Bio Farma mengawali eksport ke mancanegara pada saat kepemimpinan Bapak Darodjatun selaku Direktur Utama periode 1988-1997, yang kemudian meningkat secara signifikan di bawah kepemimpinan Bapak Thamrin Poeloengan di periode 1998-2001, sehingga kesejahteraan karyawan juga naik siginifikan.
Pada tahun 2001 itu pula beliau ditunjuk menjadi menjadi Presiden dalam Steering Committee dari Jaringan Produsen Vaksin Negara Berkembang (Developing Country Vaccine Manufacturers Network - DCVMN), bersama Dr. Isaias Raw (Wakil Presiden, Instituto Butantan, Brazil), Dr. Mohamed El-Abbadi (Sekjend, Vacsera, Mesir), Dr. Ali A. Mohammadi (Wasekjen, Razi Institute, Iran), Dr. Luis Herrera Martinez (Perwakilan GAVI- Global Alliance for Vaccines and Immunization, CIGB, Cuba) dan Dr. Zhi Sheng Bai (Pokja Litbang, Lanzhou Institute of Biological Products, China), hingga 2003. DCVM didirikan untuk memastikan agar vaksin yang diproduksi mengikuti pedoman internasional WHO, karena ada beberapa kasus di masa lalu di mana vaksin yang diberikan di negara-negara berkembang mungkin memiliki kualitas di bawah standar.
Pada kesempatan berikutnya, Wakil Direktur Utama Bio Farma, Soleh Ayubi, memaparkan bahwa Bio Farma merupakan salah satu Perusahaan farmasi yang telah dipercaya oleh banyak pihak dan produknya telah digunakan oleh ratusan juta orang di seluruh dunia.
“Saat ini produk kami telah digunakan 700 juta pengguna yang tersebar di 153 negara di dunia. Peranan kami di Bio Farma utamanya adalah mengembangkan dan menghadirkan produk-produk lifesaving berbasis lifescience. Kami terus mengembangkan diri guna meningkatkan kontribusi terhadap ketahanan kesehatan masyarakat, diantaranya adalah dengan rilis produk terbaru yakni vaksin HPV (Human-papillomavirus) untuk pencegahan kanker serviks atau leher rahim.” Pungkas Ayubi.
Selain meninjau langsung fasilitas produksi Bio Farma, para peserta SSDN P4N LXVIII TA. 2025 LEMHANNAS juga berkesempatan melakukan imunisasi influenza sebagai bagian dari pengalaman langsung di bidang kesehatan preventif.
Dengan produk yang telah digunakan oleh 700 juta pengguna di 153 negara, Bio Farma terus menjalankan perannya dalam menghadirkan solusi kesehatan berbasis lifescience. Inovasi dan pengembangan berkelanjutan Bio Farma lakukan untuk memperkuat kontribusi terhadap ketahanan kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun dunia.
Editor : Agung Bakti Sarasa