Sejarah GOR Saparua, dari Lapangan Kolonial ke Jantung Kreativitas Kota Bandung

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Di tengah hiruk-pikuk Kota Bandung, GOR Saparua berdiri sebagai ruang publik ikonik yang menyimpan rekam jejak panjang sejarah. Lebih dari sekadar taman kota, tempat ini telah mengalami evolusi besar, dari lapangan era kolonial hingga menjadi simbol gaya hidup aktif dan kreatif masyarakat urban.
Saat ini, GOR Saparua dikenal sebagai salah satu pusat kegiatan favorit warga. Pepohonan besar yang menaungi area ini menciptakan suasana teduh, cocok untuk berolahraga maupun bersantai.
Fasilitasnya pun lengkap: mulai dari trek lari, lapangan basket, arena panjat tebing, taman bermain, hingga zona kuliner yang ramai diserbu setelah aktivitas fisik.
Namun, nilai historis GOR Saparua tidak bisa diabaikan begitu saja. Dibangun pada 1910 oleh pemerintahan Hindia Belanda, tempat ini awalnya bernama NIAU (Nederlands-Indie Athletiek Unie) dan difungsikan sebagai sarana olahraga publik pertama di Bandung. Olahraga seperti atletik, kriket, hingga senam massal digelar rutin di sana.
Memasuki dekade 1920-an, fungsinya meluas menjadi ruang bermain anak sekaligus lokasi pelengkap acara Jaarbeurs—pasar tahunan yang digelar tiap pertengahan tahun.
Transformasi besar terjadi pada tahun 1961 seiring persiapan Jawa Barat sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON). Lapangan ini disulap menjadi Gedung Olahraga Saparua dan mulai dikenal luas sebagai venue untuk bulutangkis, voli, serta bola basket. Sejak saat itu, GOR Saparua menjadi bagian dari denyut nadi olahraga kota.
Memasuki era 1980–1990-an, identitas GOR Saparua semakin beragam. Dari tempat pembacaan puisi oleh maestro WS Rendra hingga konser musik pop, GOR ini menjelma menjadi ruang seni yang hidup.
Yang paling ikonik adalah perannya dalam perkembangan musik independen Bandung. Sekitar tahun 1995, GOR Saparua menjadi panggung utama bagi band-band underground seperti punk, hardcore, metal, hingga ska. Nama-nama besar seperti Koil, /rif, Burgerkill, hingga Seringai tumbuh dari panggung legendaris ini.
Kini, GOR Saparua terus bertransformasi mengikuti zaman. Berbagai event budaya seperti West Java Festival rutin diadakan, mempertemukan seniman, UMKM, musisi, dan komunitas kreatif dalam satu ruang kolaboratif.
Perjalanan panjang GOR Saparua menunjukkan bagaimana satu tempat bisa menampung beragam fase sejarah dan gaya hidup masyarakat. Dari lapangan kolonial hingga ruang ekspresi modern, Saparua tetap menjadi jantung kreatif kota Bandung yang tidak lekang oleh waktu.
Editor : Rizal Fadillah