ITB Latih Warga Jatinangor Kelola Limbah Produk Farmasi Rumah Tangga

JATINANGOR, INEWSBANDUNGRAYA.ID -- Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengolahan limbah produk farmasi rumah tangga, Sekolah Farmasi (SF) menggelar pelatihan kader kesehatan di Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Selasa (26/8/2025).
Kegiatan yang merupakan bagian dari Program Pengabdian Masyarakat dan Inovasi (P2MI) ITB 2025 diikuti oleh 50 kader aktif Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dari 11 RW dan 3 dusun dalam lingkup Desa Cikeruh.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari Kades Cikeruh, Ii Jai, S.AP., dan turut dihadiri pula oleh selaku ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Agus Ali Hamzah. Edukasi tersebut menjadi salah satu bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam pengabdian kepada masyarakat.
Dalam pemaparannya, Prof. Dr. apt. Ilma Nugrahani, M.Si menjelaskan bahwa limbah produk farmasi dapat timbul dari berbagai jalur, mulai dari produsen hingga pengguna akhir di rumah tangga.
Setiap tahun, sekitar 220 miliar ton bahan kimia dilepaskan ke lingkungan, termasuk dari industri farmasi, rumah sakit, dan rumah tangga yang dapat berpotensi mencemari udara, tanah, maupun air.
Dampaknya sangat serius, dengan estimasi 9 juta kematian setiap tahun akibat polusi. “Cemaran obat bisa memicu berbagai masalah kesehatan, mulai dari resistensi infeksi, gangguan perkembangan, infertilitas, kanker, hingga penyakit berbahaya lainnya. Karena itu, konsep green pharmacy atau farmasi hijau menjadi solusi masa depan,” jelasnya.
Selain pemaparan materi, para kader juga mendapat pelatihan praktis untuk mengidentifikasi produk farmasi, memahami cara pengolahan limbah obat sesuai bentuk sediaannya—baik tablet, cairan, maupun krim—serta berdiskusi kelompok mengenai tantangan dan ide warga untuk mengelola limbah produk farmasi rumah tangga.
Edukasi tersebut merujuk pada pedoman resmi Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 terkait pengelolaan obat rusak dan kedaluwarsa di fasilitas kesehatan maupun rumah tangga.
Ketua program, Dr. apt. Tasia Amelia, menegaskan bahwa masalah limbah kini menjadi isu penting di Jawa Barat. “Resiko yang ditimbulkan sangat besar, mulai dari kontaminasi air minum, terganggunya ekosistem, pencemaran bahan beracun, hingga potensi penyalahgunaan obat jika dibuang sembarangan. Karena itu, pelatihan ini bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga menjadi langkah nyata membangun lingkungan yang sehat dan berkelanjutan,” terangnya.
Desa Cikeruh dipilih sebagai lokasi kegiatan berdasarkan data UPTD Puskesmas Jatinangor yang menunjukkan adanya masalah prioritas dalam pengelolaan limbah farmasi rumah tangga.
Kedekatan dengan Kampus ITB Jatinangor juga diharapkan mempermudah kolaborasi civitas akademika dengan masyarakat, sehingga program ini bisa berkelanjutan.
Kepala Desa Cikeruh, Ii Jai, S.AP., menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. “Kehadiran akademisi di tengah masyarakat adalah momen penting. Kami berharap warga menyerap ilmu ini dengan baik sehingga bisa menjadi masukan untuk program kesehatan dan lingkungan berkelanjutan di desa,” tuturnya.
Sinergi antara ITB dan masyarakat Jatinangor ini diharapkan dapat memperkuat peran kader kesehatan sebagai ujung tombak dan agent of change dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.***
Editor : Ude D Gunadi