get app
inews
Aa Text
Read Next : Warga Bandung Harus Tahu, Mall Festival Citylink Ubah Nama Jadi Festlink

KNPI: Resolusi PBB untuk Kemerdekaan Palestina dan Deklarasi New York Evolusi Spirit KAA 1955

Senin, 15 September 2025 | 16:55 WIB
header img
DPP KNPI menyebut Resolusi PBB untuk kemerdekaan Palestina merupakan evolusi spirit Dasasila Bandung hasil dari KAA 1955. (FOTO: ISTIMEWA)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menyebut Resolusi PBB untuk Kemerdekaan Palestina dan Deklarasi New York 2025 adalah evolusi spirit Konferensi Asia Afrika (KAA) yang digelar di Kota Bandung pada 1955 silam.

Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Tantan Taufik Lubis mengatakan, suara 142 negara yang mendukung Resolusi Kemerdekaan Palestina di Majelis Umum PBB bukan sekadar angka statistik atau pun kemenangan simbolik.

Menurut Tantan, itu adalah bukti nyata sebuah fenomena geopolitik, solidaritas Asia-Afrika. KAA di Kota Bandung pada 1955 telah berevolusi, matang, dan berekspansi menjadi sebuah koalisi global yang semakin besar dan tangguh.

"Persaudaraan antarbangsa yang baru merdeka di dua benua, kini telah bertransformasi menjadi kekuatan moral bersuara lantang melawan ketidakadilan di semua kontinental dengan isu Palestina sebagai ujian utama," kata Tantan dalam keterangan pers, Senin (16/9/2025). 

Tantan menuturkan, Resolusi Majelis Umum PBB menyerukan kemerdekaan penuh bagi Palestina dan keanggotaannya di PBB, bukanlah sebuah peristiwa yang berdiri sendiri.

"Resolusi kemerdekaan Palestina di PBB adalah puncak gunung es dari sebuah perjuangan diplomasi yang panjang. Lebih dari itu, Resolusi PBB adalah manifestasi modern dari semangat yang dilahirkan hampir tujuh dekade lalu di Kota Bandung, Indonesia yaitu Dasasila Bandung," tuturnya.

Resolusi ini, kata Tantan, sebuah kemenangan diplomatik bersejarah bagi Palestina dan solidaritas Global South. Sebuah cerminan implementasi prinsip-prinsip Dasasila Bandung yang nyata, sekaligus pengingat tentang tantangan yang masih mengadang dalam arsitektur multilateral global. 

"Dasasila Bandung adalah fondasi, komitmen pada Prinsip-prinsip universalitas. Seperti penghormatan kepada kemanusiaan, kedaulatan, hak menentukan nasib sendiri, dan perlawanan terhadap kolonialisme menjadi DNA gerakan solidaritas Asia-Afrika ini," ucapnya.

Pada masa lalu, ujar Tantan, DNA ini dimanifestasikan dalam dukungan untuk kemerdekaan Namibia, melawan apartheid di Afrika Selatan, dan perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme. 

Sedangkan hari ini, gen yang sama berevolusi. Solidaritas tidak lagi hanya terkunci dalam geografi Asia dan Afrika. Dia telah menyebar, menemukan resonansi yang dalam di hati bangsa-bangsa di Amerika Latin dan Karibia, wilayah yang memiliki sejarah panjang melawan dominasi asing. 

"Negara-negara seperti Brasil, Argentina, Kolombia, dan Chili telah menjadi pendukung vokal Palestina. Mereka melihat dalam perjuangan rakyat Palestina cerminan dari perjuangan nenek moyang mereka sendiri," tegas Tantan, founder Asian African Youth Government ini.

Bahkan di Eropa, jelas Tantan, blok tradisional yang sering dianggap sejalan dengan kebijakan Barat, muncul suara-suara pembeda. Irlandia, Norwegia, Spanyol, dan Slovenia adalah contoh negara yang telah mengambil langkah langkah progresif dalam pengakuan terhadap negara Palestina. 

"Mereka mewakili suara hati nurani Eropa yang melihat konflik ini bukan dari kacamata politik kekuatan lama, tetapi dari perspektif hak asasi manusia dan hukum internasional," ungkapnya.

Tantan menilai, apa yang disaksikan hari ini bukan sekadar pergantian kekuasaan dalam panggung global, melainkan restrukturisasi fundamental dari arsitektur diplomasi internasional itu sendiri. 

Tatanan dunia pasca-Perang Dunia II dan pasca-Perang Dingin, yang dibangun di atas pilar hegemoni Barat, institusi multilateral, seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia, serta nilai-nilai demokrasi liberal sebagai standard universal sedang mengalami erosi yang cepat dan digantikan oleh sebuah lanskap yang jauh lebih fragmentatif, pragmatis, dan kompetitif. 

Karena itu, keputusan Sidang Majelis Umum PBB untuk mendukung keanggotaan Palestina di PBB diikuti Deklarasi New York 2025 yang memperkuat komitmen terhadap resolusi dua negara adalah pernyataan politik global yang powerful dan mungkin bisa menjadi titik balik paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir untuk perdamaian di Timur Tengah.

Jalan Panjang Menuju Perdamaian

Ketua DPP KNPI Tantan Taufiq Lubir mengatakan, walaupun momentum ini sangat positif, optimisme harus dibarengi dengan realisme. 

Beberapa tantangan besar masih mengadang seperti veto power di Dewan Keamanan PBB. Dukungan 142 negara di Majelis Umum masih harus berhadapan dengan realita politik Dewan Keamanan PBB. 

"Amerika Serikat, dengan hak vetonya, telah secara konsisten memblokir langkah-langkah yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingan Israel," kata Tantan. 

Menurut Tantan, tanpa perubahan kebijakan AS, keanggotaan penuh Palestina di PBB akan sulit terwujud.

Yang kedua, ujar Tantan, soal fragmentasi politik internal Palestina. Perpecahan antara Fatah di Tepi Barat dan Hamas di Gaza melemahkan posisi tawar Palestina. 

Sebuah pemerintahan yang bersatu dan representatif adalah syarat mutlak untuk negosiasi efektif. Untuk itu, 

"DPP KNPI Menyerukan Persatuan Fatah dan Hamas sebagai sebuah kewajiban, perlu kebesaran hati dan kebijaksanaan dari masing masing pimpinan kedua kelompok tersebut," ujar Tantan.

Yang ketiga, tutur dia, adalah aspek kebijakan pemerintah Israel yang radikal. Pemerintah koalisi Israel saat ini dianggap sebagai paling kanan dalam sejarah negara itu. 

Beberapa menteri secara terang-terangan menentang keberadaan negara Palestina. Ekspansi pemukiman terus berlanjut, mempersulit peta menuju solusi dua negara. 

Keempat adalah soal keamanan dan kepercayaan, Isu keamanan bagi Israel dan akhir pendudukan bagi Palestina adalah isu sangat sensitif. 

"Membangun kepercayaan setelah puluhan tahun kekerasan dan permusuhan adalah tugas sangat berat," tutur Tantan.

Solidaritas global untuk Palestina membuktikan bahwa semangat Bandung tidak punah, spirit Dasasila Bandung itu tetap established, hanya berubah bentuk. 

Dasasila Bandung menjadi lebih inklusif, strategis, dan vokal. Koalisi ini mungkin tidak memiliki bom yang paling canggih atau kekuatan ekonomi terbesar, tetapi ia memiliki aset yang paling berharga dalam diplomasi yaitu legitimasi dan suara Bersama. 

Perjuangan untuk kemerdekaan Palestina masih panjang dan berliku. Namun, dengan dukungan dari koalisi global yang terdiri dari bangsa-bangsa di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, dan bahkan mayoritas negara Eropa, beban itu tidak lagi dipikul sendirian. 

Mereka telah mengangkatnya menjadi sebuah agenda kemanusiaan universal. Ini lah warisan sejati KAA 1955 di Bandung yang masih hidup. Bangsa-bangsa yang percaya kepada keadilan akan selalu bersatu, melampaui batas benua, untuk membela yang tertindas.

"Hari ini, suara mereka bergema lebih keras dari sebelumnya untuk membebaskan Palestina," pungkas pengajar Hubungan Internasional FISIP Universitas Jakarta ini.

Editor : Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut