Dedi Mulyadi: Pasupati Contoh Pembangunan yang Menghilangkan Ikonik Pasteur
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Di tengah peringatan Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) ke-215, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi melontarkan pandangan mengenai masalah paling klasik di Kota Kembang yakni kemacetan.
Alih-alih sepakat dengan solusi konvensional seperti pembangunan transportasi publik masif, Dedi justru memberikan pandangan yang berbeda.
Ia berpendapat, karakteristik jalanan Bandung yang sempit dan rindang tidak cocok dengan moda transportasi besar. Menurutnya, transportasi masif bisa menghancurkan tata kota.
“Transportasi publik kan nanti harus konektivitas ya, ya kalau menurut saya tidak bisa pakai pola menggunakan kota-kota besar, karena apa? karena jalan Bandung mah sempit, kemudian banyak pohon jangan sampai nanti transportasi publik yang besar yang massal itu menghancurkan tata kota Bandung,” kata Dedi usai menghadiri Rapat Paripurna DPRD Kota Bandung dalam rangka Peringatan HJKB ke-215, Kamis (25/9/2025).
Orang nomor satu di Jabar itu mencontohkan pembangunan flyover atau jembatan Pasupati yang menurutnya telah menghilangkan ikonik Pasteur.
“Saya ingin ke depan tetap Bandung sebagai kota pohon, kemudian kota taman, kota bangunan-bangunan Heritage harus tetap dipertahankan," ucap Dedi.
Tak hanya itu, Dedi menyebut kemacetan di Bandung adalah fenomena "spesial" yang hanya terjadi pada akhir pekan. Ia bahkan berkelakar bahwa kemacetan tersebut justru menjadi tanda baik.
“Kalau Sabtu Minggu tidak macet, kasihan Pak Wali Kota pendapatan daerahnya tidak naik. Berarti tidak ada yang berkunjung ke Bandung," ujarnya.
Sikap Dedi yang tidak terlalu khawatir dengan macet akhir pekan ini seolah mengisyaratkan bahwa ia lebih memilih untuk menjaga identitas kota sebagai destinasi wisata daripada mengubahnya menjadi kota metropolitan yang padat dan tergesa-gesa.
Editor : Rizal Fadillah