Novel Pancaniti Karya Saep Lukman Diluncurkan, tentang Sejarah Lokal dan Simbolisme Angka
 
              
             
             CIANJUR, iNewsBandungRaya.id - Novel Pancaniti & Rahasia Manuskrip 17 karya jurnalis dan penulis senior Saep Lukman diluncurkan di Gedung Arpusda Cianjur, Kamis (30/10/2025). Karya sastra tersebut tak hanya bicara tentang sejarah lokal, tetapi juga sains, futuristik, tetapi juga simbolisme angka.
Ketua DPRD Kabupaten Cianjur Ir Metty Triantika MT yang hadir dalam acara peluncuran novel tersebut, menilai literasi merupakan “infrastruktur batin bangsa”. Novel Pancaniti & Rahasia Manuskrip 17 membuktikan bahwa gagasan besar tidak hanya dapat diperjuangkan melalui panggung politik, tetapi juga melalui pena dan imajinasi.
 
                                                        “Karya seperti ini membuktikan bahwa gagasan bisa diperjuangkan bukan hanya lewat panggung politik, tapi juga tulisan. Literasi adalah infrastruktur batin bangsa,” ujar Ketua DPRD Cianjur.
Acara peluncuran novel itu diinisiasi Lokatmala Foundation bekerja sama dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Cianjur serta komunitas Teh Metty Peduli.
Hadir dua narasumber utama, Maestro Mamaos Cianjuran Dr Yus Wiradiredja, dan filolog sekaligus Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Cianjur Ilham Nurwansah MPd.
Para narasumber menilai novel Pancaniti & Rahasia Manuskrip 17 menghadirkan warna baru dalam dunia sastra daerah karena berhasil memadukan sejarah lokal, sains futuristik, dan simbolisme angka.
Penulis Saep Lukman memperkenalkan konsep Numerologi Naratif, yaitu pendekatan semiotik yang menjadikan angka sebagai struktur makna dalam cerita.
“Tahun 2552 dalam novel ini adalah cermin antara masa lalu dan masa depan. Angka 17 bukan hanya jumlah senar kecapi, tapi resonansi antara langit dan bumi,” ujar Saep Lukman.

Saep menjelaskan, novel ini tidak hanya hasil imajinasi, tetapi juga riset panjang terhadap naskah-naskah klasik Sunda dan ajaran moral Dalem Pancaniti.
Dia menggambarkan kisah futuristik yang berakar pada filosofi lokal dan menggambarkan hubungan manusia, bunyi, dan semesta melalui metafora angka.
Dr Yus Wiradiredja mengatakan, Pancaniti & Rahasia Manuskrip 17 tersebut adalah “mamaos modern” karena menulisnya dengan pola irama seperti tembang Cianjuran.
“Kang Saep menulis seperti menembang. Setiap kata punya getar, setiap angka punya nada. Ini bisa disebut sebagai sastra yang hidup,” kata Yus
Sementara itu, Ilham Nurwansah menyebut novel Pancaniti sebagai tonggak baru sastra daerah yang berpikir global.
“Karya ini membuktikan bahwa tradisi tidak berhenti di masa lalu. Ia bisa bertransformasi melalui medium baru yang sejalan dengan perkembangan teknologi,” ujarnya.
Metty berharap karya tersebut menjadi penggerak gerakan literasi di Cianjur. Menurut Metty, bangsa yang besar tidak hanya dibangun oleh jalan dan gedung, tetapi oleh kekuatan pikiran dan imajinasi.
"Saya berharap Pancaniti menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menulis dan membaca lebih banyak,” kata Metty yang juga Bendahara Umum DPD Partai Golkar Jabar itu.
Acara peluncuran dimeriahkan petikan kecapi oleh Alief Yusuf dan tembang khusus dari Maestro Mamaos Cianjuran, Dr Yus Wiradiredja. Suasana yang khidmat dan reflektif menandai semangat baru bagi dunia literasi dan kebudayaan di Cianjur.
Melalui Pancaniti & Rahasia Manuskrip 17, seolah menegaskan posisi Cianjur sebagai tanah yang tidak hanya subur untuk padi dan kopi tetapi juga untuk gagasan dan imajinasi yang melintasi zaman.
Editor : Agus Warsudi
 
                          
                                      
                                      
                                      
                                      
                                      
                                      
                      
                                  
                                  
                                  
                                  
                                  
                                 