get app
inews
Aa Text
Read Next : Warga Bandung Harus Tahu, Mall Festival Citylink Ubah Nama Jadi Festlink

Tontonan Absurd dan Kocak Trio Komika di Film Pesugihan Sate Gagak

Sabtu, 08 November 2025 | 20:20 WIB
header img
Penonton Pesugihan Sate Gagak di Bandung. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Cerita tentang pesugihan biasanya lekat dengan hal-hal menyeramkan dan kisah tumbal manusia. Namun, film terbaru garapan Cahaya Pictures bersama BASE Entertainment, berkolaborasi dengan PK Films, Arendi, Laspro, IFI Sinema, dan Anami Films, justru membalikkan stigma itu lewat sajian komedi horor ringan berjudul Pesugihan Sate Gagak — sebuah tontonan yang siap membuat penonton tertawa di tengah tekanan hidup.

Kisahnya berpusat pada tiga sahabat yang akrab disebut Trio Gagak — Anto (Ardit Erwandha), Dimas (Yono Bakrie), dan Indra (Benidictus Siregar) — yang sedang terjebak dalam hidup penuh utang, cinta yang nyaris kandas, dan nasib ekonomi yang tidak menentu.

Mereka akhirnya sepakat: “capek jadi miskin!”

Selain trio utama tersebut, film ini juga diramaikan oleh Yoriko Angeline, Nunung, Arief Didu, Firza Valaza, Arif Alfiansyah, Ence Bagus, Niniek Arum, Akbar Kobar, dan Ciaxmen.

Pesugihan Tanpa Tumbal, tapi Demit Ketagihan Sate

Jika umumnya makhluk halus dalam kisah pesugihan menuntut tumbal manusia, film ini justru menampilkan versi absurd: para demit malah antre seperti pelanggan tetap warung sate. Dari ritual aneh tanpa busana, hantu sakau sate, hingga kekacauan di dapur, semuanya diolah menjadi sumber tawa.

Motivasi para tokohnya pun sederhana tapi sangat manusiawi. Anto butuh uang untuk menikah, Dimas ingin membantu usaha ibunya, sementara Indra terlilit pinjaman online. Dalam keputusasaan, mereka menemukan buku mantra pesugihan kuno milik kakek Indra dan memutuskan untuk mencoba ritual pesugihan tanpa tumbal — hanya dengan menjual sate dari daging burung gagak.

Namun rencana “cerdas” itu malah berbalik arah. Para makhluk halus yang tadinya jadi pelanggan, justru ketagihan sate gagak dan terus datang menagih.

Chemistry Trio Gagak dan Tantangan Jadi Pemeran Utama

Kekuatan utama film ini terletak pada dinamika alami antara tiga komika yang memerankan Trio Gagak. Untuk pertama kalinya, Ardit Erwandha, Yono Bakrie, dan Benidictus Siregar tampil sebagai pemeran utama dalam satu proyek layar lebar.

Kebersamaan mereka memunculkan komedi spontan dan chemistry persahabatan yang terasa jujur di layar. Bahkan, ada adegan ekstrem yang menantang mereka tampil dalam kondisi nyaris telanjang.

“Berakting komedi sudah biasa saya lakukan di film-film sebelumnya, tapi berakting komedi sekaligus horor sambil telanjang, sepertinya cuma akan terjadi di film ini,” ujar Ardit Erwandha.

Ia menambahkan, “Ini jadi tantangan sekaligus cara saya keluar dari zona nyaman. Buat kami bertiga, ini bentuk totalitas dan keseriusan sebagai aktor.”

Sementara itu, Yono Bakrie mengaku proyek ini memberinya kesempatan baru. “Nyari duit susah itu memang benar adanya. Sebelum ke Jakarta, saya pernah mengalami kesulitan ekonomi dan harus bantu orang tua supaya bisa bertahan. Kedekatan dengan cerita ini membantu saya banget memahami karakter Dimas,” ujarnya.

Bagi Benidictus Siregar, film ini terasa sangat istimewa karena memberinya ruang eksplorasi baru. “Meskipun unsur komedinya kuat dan saya banyak bertemu dengan para komika, di film ini ternyata saya harus menampilkan adegan drama — sesuatu yang jarang saya lakukan sebelumnya. Itu yang membuat Pesugihan Sate Gagak jadi salah satu proyek paling spesial sepanjang karier saya,” ungkapnya.

Debut Dua Sutradara Muda: Etienne Caesar & Dono Pradana

Film ini juga menjadi debut penyutradaraan layar lebar bagi dua sosok berbakat, Etienne Caesar (EC) dan Dono Pradana (Dono).

Etienne, yang berpengalaman sebagai asisten sutradara di berbagai film, berhasil menciptakan komposisi adegan yang kuat secara emosi. Ia memuji penampilan Trio Gagak yang berhasil keluar dari zona nyaman mereka.

“Salah satu adegan terbaik menurut saya adalah saat Trio Gagak bermain dalam momen dramatis. Adegan itu menunjukkan bahwa kualitas emosi bisa lebih berkesan daripada sekadar teknis sinematografi,” jelas EC, yang sebelumnya sempat bekerja sama dengan Ernest Prakasa.

Dono Pradana sendiri membawa perspektif sosial ke dalam film. Sebagai komika dan kreator konten asal Surabaya, ia memahami tekanan hidup yang sering dialami masyarakat.

“Buat saya, film ini bukan tentang menghalalkan pesugihan, tapi tentang bagaimana orang bisa tersesat ketika terlalu tertekan oleh hidup. Lewat pendekatan komedi, kami ingin mengajak penonton melihat realitas itu dengan cara yang ringan dan mudah. Hal yang ringan dan mudah dalam hidup ini ya tertawa bersama,” ujar Dono.

Cerminan Realitas Sosial dalam Balutan Komedi Absurd

Meski dibungkus dengan humor konyol dan situasi absurd, Pesugihan Sate Gagak menyimpan potret sosial yang akrab bagi masyarakat Indonesia: tekanan ekonomi, tuntutan sukses, dan mentalitas instan untuk cepat kaya.

“Premis tentang para demit yang ketagihan sate, dipadukan dengan ritual absurd yang mengharuskan pesertanya telanjang, membuat kami di Cahaya Pictures jatuh cinta pada cerita ini. Ada keabsurdan, kegilaan, namun juga potret sosial masyarakat sekarang. Ini pure bukan film horor, tapi feel-good movie yang mudah disukai,” ujar pihak rumah produksi.

Aura Lovenson, sang produser, menambahkan, “Kami berharap film ini tidak hanya jadi tontonan, tapi juga membawa pesan positif dan menumbuhkan optimisme di tengah kesulitan ekonomi yang dialami banyak orang.”

Ia juga menegaskan pesan moral film ini: niat baik yang dilakukan dengan cara salah tetap akan berujung buruk. Maka, kerja keras dan rasa syukur adalah jalan terbaik untuk keluar dari kesulitan.

Film Pesugihan Sate Gagak dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 13 November 2025, dengan tiket yang sudah bisa dibeli sejak 9 November 2025.

Antusiasme Penonton Bandung: “Lucu Banget dan Penuh Makna”

Penayangan perdana di Bandung mendapat sambutan meriah. Mayoritas penonton terhibur dengan kombinasi komedi dan pesan moral yang kuat.

“Seru banget sih, lucu banget filmnya, komedi banget,” ujar Haikal, penonton di CGV BEC Bandung (8/11/2025). Ia bahkan memberi nilai tinggi, “Lebih dari 10, 11 karena seru banget. Ya menghibur banget sih film.”

Penonton lain, Stevani, juga memuji twist film ini. “Suka banget filmnya. Lucu, tapi ada sesuatu yang menarik di ending-nya. Kalian harus banget nonton supaya tahu apa yang menarik itu,” katanya.

Dini menilai film ini tidak sekadar lucu. “Filmnya tuh bagus banget, komedinya masuk, gak receh juga. Tapi di balik komedi itu banyak banget hikmah yang bisa kita ambil untuk kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Sementara Sifa menambahkan, “Filmnya lengkap banget. Komedinya dapet, horornya juga ada, dan ada beberapa adegan yang gak terduga. Wajib banget ditonton.”

Penonton pun kompak memberi rating tinggi — rata-rata 8 hingga 10 dari 10 — sebagai bukti bahwa Pesugihan Sate Gagak bukan hanya berhasil memancing tawa, tapi juga meninggalkan kesan dan pesan yang dalam

Editor : Agung Bakti Sarasa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut