get app
inews
Aa Text
Read Next : 27 Ribu Tenaga Honorer Jabar Diusulkan Jadi PPPK, Guru Harus Jadi Prioritas

Gapura Rp3,9 Miliar Jadi Sorotan, DPRD Jabar: Kebijakan Budaya Dedi Mulyadi Mau Apa?

Jum'at, 21 November 2025 | 08:53 WIB
header img
Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi PKB, Maulana Yusuf Erwinsyah. Foto: Ist.

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi PKB, Maulana Yusuf Erwinsyah, kembali menyoroti arah kebijakan kebudayaan Jawa Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi (KDM).

Ia menilai, kebijakan kebudayaan Pemprov Jabar cenderung berfokus pada pembangunan fisik bernuansa estetika dibandingkan upaya merawat warisan sejarah yang memiliki nilai budaya autentik.

Maulana menyebut sejumlah proyek seperti pembangunan Gapura Gerbang Gedung Sate senilai Rp3,9 miliar, pembuatan gapura perbatasan provinsi, hingga rencana jangka panjang menghadirkan gapura khas Jawa Barat di pintu-pintu tol, sebagai indikator dominasi belanja estetika dalam kebijakan kebudayaan daerah.

“Sebenarnya kebudayaan apa yang ingin diangkat oleh KDM? Ideologi kebudayaan apa yang bisa dibuktikan dengan dibangunnya gapura dan gerbang-gerbang yang seolah mewakili bangunan Sunda?” ujarnya di Bandung, Kamis (20/11/2025).

Ia menegaskan, esensi pelestarian budaya bukan terletak pada pembangunan bangunan baru bernuansa “Sunda”, melainkan merawat jejak sejarah seperti situs cagar budaya yang telah ada puluhan hingga ratusan tahun.

“Menjaga kebudayaan itu berarti menjaga bangunan dan cagar budaya yang menyimpan sejarah lama. Di situ letak nilai budaya Sunda,” tegasnya.

Maulana mencatat, Jawa Barat memiliki lebih dari 50 situs cagar budaya yang membutuhkan perhatian serius, bukan sekadar proyek-proyek simbolik yang menyerap anggaran besar. Ia juga menyoroti alokasi anggaran Pemprov Jabar pada 2025 yang menggelontorkan Rp5,9 miliar untuk sewa kesenian dalam kegiatan seremonial Abdi Nagri Nganjang ka Warga, sementara anggaran pelestarian dan pengelolaan situs budaya hanya Rp842 juta, dan itu pun dialokasikan untuk satu situs.

“Hingga saat ini ketimpangan anggaran sangat mencolok. Anggaran untuk membangun bangunan baru bernuansa Sunda jauh lebih besar dibandingkan anggaran merawat situs sejarah yang jelas memiliki nilai budaya Sunda yang lebih lama,” ujarnya.

Kondisi tersebut semakin mengkhawatirkan karena pada 2026 anggaran pelestarian budaya justru turun drastis menjadi Rp125.670.000.

“Dengan angka sekecil itu, bagaimana mungkin warisan sejarah bisa dirawat? Ini menunjukkan pelestarian sejarah memang bukan prioritas,” tambahnya.

Selain persoalan pelestarian budaya, Maulana juga mengingatkan bahwa Jawa Barat masih menghadapi berbagai isu sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan kesejahteraan.

“Di tengah banyaknya persoalan mendesak, belanja estetika yang bukan prioritas justru terus digenjot. Pemprov Jabar harus mengevaluasi kembali arah kebijakan kebudayaan agar lebih berpihak pada pelestarian sejarah dan kebutuhan masyarakat,” tutupnya.

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut