Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail: Sejarah Idul Adha dan Makna di Balik Berkurban

Rizal Fadillah
Inilah sejarah Idul Adha dan makna di balik berkurban. (Foto: net/ilustrasi)

Bandung, iNews.id - Tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Raya Idul Adha oleh seluruh umat Islam di dunia.

Hari Raya Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban. Adapun biasanya hewan-hewan yang disembelih adalah sapi, kambing, hingga domba.

Lantas, kenapa Hari Raya Idul Adha itu identik dengan penyembelihan hewan kurban?

Bagaimana sejarah terjadinya perayaan Hari Raya Idul Adha?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak ulasan berikut ini:

Sebagaimana yang telah diketahui, Idul Adha juga bisa disebut sebagai Hari Raya Haji.

Terdapat peristiwa penting yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang menjadi cikal bakal Idul Adha.

Peristiwa tersebut bahkan termaktub dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 37.


رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Artinya: “Ya Tuhan kami sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah ganti sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Dari ayat tersebut diketahui bahwa Nabi Ibrahim telah mendapat perintah dari Allah untuk menempatkan istrinya, Siti Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu.

Tak tanggung-tanggung, keduanya ditempatkan di suatu lembah yang tandus, gersang, dan tidak tumbuh sebatang pohon pun. Karena begitu tandus, Siti Hajar bahkan sempat kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Nabi Ismail.

Beliau pun begitu panik ketika Nabi Ismail menangis tanpa henti saat kehausan dan mencari air ke sana kemari sambil berlari-lari kecil di antara bukit Safa dan Marwah sebanyak 7 kali.

Saat sang ibu mondar-mandir mencari air, Nabi Ismail menghentakkan kakinya ke tanah.

Dengan kuasa Allah SWT, keluarlah air dari dalam tanah dimana air ini terkenal dengan nama ‘air zam zam’.

Peristiwa lari-lari kecil yang dilakukan oleh Siti Hajar untuk mendapatkan air inilah yang saat ini disebut sebagai ‘Sa’i’ yang kini merupakan rangkaian dari ibadah haji.

Selain itu, terdapat peristiwa lain yang melatarbelakangi adanya penyembelihan hewan kurban pada saat Idul Adha.

Hal tersebut bisa ditemukan dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102.

`قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Dari ayat tersebut, Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’anul Adhim menyatakan bahwa Nabi Ibrahim mendapatkan ujian keimanan dari Allah SWT berupa perintah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail yang saat itu masih berusia 7 tahun.

Tanpa penolakan sedikitpun, Nabi Ismail justru mengatakan pada ayahnya untuk segera melaksanakan perintah Allah SWT tersebut. Sempat digoda oleh setan beberapa kali, baik Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail enggan untuk mengurungkan niatnya dan malah melempari setan dengan batu kerikil berulang kali.

Peristiwa melempar batu inilah yang sekarang disebut lempar jumrah yang menjadi salah satu rangkaian ibadah haji.

Nabi Ibrahim pun sampai meletakkan pisau di leher putranya dan nyaris digerakkan.

Namun kuasa Allah SWT justru memerintahkan Nabi Ibrahim menghentikan perbuatannya dan mengganti Nabi Ismail dengan domba. Allah SWT berfirman:

“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian. Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaffat: 107-110).

Maka dari itu, istilah lain dari Idul Adha adalah Idul Qurban karena umat muslim diberi kesempatan untuk berkurban apabila tidak mampu melaksanakan ibadah haji.

Adapun hikmah berkurban bagi seorang muslim di Hari Raya Idul Adha adalah sebagai berikut.

-Sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kepada Allah SWT.

-Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas berbagai nikmat yang telah diterima.

-Sebagai perantara untuk melapangkan rizki kepada diri sendiri, keluarga, tetangga, teman dan orang fakir miskin.

-Sebagai sarana menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim.

Demikian tadi ulasan mengenai sejarah Idul Adha dan makna di balik berkurban. Wallahu a’lam.***

Editor : Rizal Fadillah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network