"Atase Pendidikan dan Kebudayaan ini ditempatkan di Washington D.C. Jadi Atikbud ini wakil menteri di luar negeri, perpanjangan tangan untuk masalah kebudayaan dan pendidikan. Kemudian, ditempatkannya itu oleh menlu (menteri luar negeri) karena sebagai perwakilan Republik Indonesia di luar negeri," kata Popy.
Popy membeberkan, ada tantangan tersendiri saat dirinya bekerja sebagai Atikbud di Washington, D.C. Salah satunya adalah meyakinkan mitra di Amerika Serikat untuk bekerja sama di bidang pendidikan, kebudayaan, riset serta teknologi.
Potensi kerja sama dengan Amerika Serikat, kata Popy, terbuka luas. Hanya saja diperlukan sikap proaktif agar kerja sama yang dibangun bisa terwujud.
"Amerika Serikat negara yang sangat menghargai kompetensi dan keunggulan yang dimiliki seseorang, hal tersebut perlu dipresentasikan dengan sebaik-baiknya. Siapa yang bisa menyampaikan dan meyakinkan, itu bisa menjadi penguat penjalin kerja sama," jelas Popy.
Popy menjelaskan, ada tiga tugas utama dari Atikbud. Pertama, meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi.
Lantaran berada di bawah Kemendikbudristek, maka tugas popok dan fungsi (tupoksi) dari Atikbud adalah membantu kerja sama perguruan tinggi Amerika Serikat dengan Indonesia. Bentuk kerja samanya amcam-macam.
Kemudian, meningkatkan jumlah orang AS yang bisa berbahasa Indonesia. Maka dari itu, di KBRI Washington D.C. ada kelas Bahasa Indonesia khusus orang asing.
Editor : Zhafran Pramoedya