Surgakan Indonesia dengan Al-Qur'an, SIDAQ-DeEP Foundation Launching Program Infaq Cetak Huffadz

Pramoedya
Soft launching program ICH hasil kerja sama SIDAQ dan DeEP-F di Gumilang Regency Hotel, Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, Jumat (23/11/2022).

BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID - Surgakan Indonesia dengan Al-Qur'an (SIDAQ) dan Dewa Eka Prayoga Foundation (DeEP-F) resmi meluncurkan program terbarunya bernama Infaq Cetak Huffadz (ICH) dengan target mencetak 23 juta penghafal Al-Qur'an selama 13 tahun.

Founder SIDAQ yang juga Pengasuh Masjid Ismuhu Yahya, KH Adi Pratama Larisindo mengatakan, SIDAQ merupakan gerakan surgakan Indonesia dengan Al-Qur'an. Lewat gerakan tersebut, pihaknya menargetkan ada 23 juta penghafal Al-Qur'an atau sekitar 10 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 229 juta jiwa. 

"Kita menghidupkan hadits-nya Rasulullah SAW, satu penghafal Qur'an bisa menyelamatkan 10 orang. Ketika 23 juta kali 10, itu 230 juta. Insya Allah menjadi jalan Indonesia bisa masuk surga," tutur Adi usai soft launching program ICH di Gumilang Regency Hotel, Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, Jumat (23/11/2022).

Menurut Adi, ICH merupakan program turunan dari gerakan surgakan Indonesia dengan Al-Qur'an. Hadirnya porgram ini membuka kesempatan bagi semua orang untuk mendapatkan pahala belajar dan mengajarkan Al-Qur'an.

"Yang punya kemampuan adik-adik kita fokus belajar saja. Yang punya dititipkan Allah rezeki, mereka menjadi bagian untuk membersamai," ujar Adi.

Adi menjelaskan, kelebihan dari program ICH adalah setiap anak penghafal Al-Qur'an akan mendapatkan manfaat sekitar Rp3 juta. Angka itu bisa dikumpulkan dari kontribusi setiap orang sebesar Rp100.000 per bulan selama 3 tahun.

Secara tidak langsung, kata Adi, benefit yang didapatkan dari orang-orang yang berkontribusi adalah dia sedang menolong agama Allah. Ketika menolong agama Allah, kata Adi, maka Allah akan menolong dia. Hal itu sejalan dengan Surat Muhammad ayat 7.

Selain itu, sesuai janji Allah SWT dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 99 yang berbunyi barang siapa yang berinfaq, maka mendapatkan dua hadiah. Hadiah pertama dari Allah dan yang kedua dekat dengan Nabi Muhammad SAW.

"Seluruh amalan perbuatan kita di dunia ini terputus kecuali 3 hal yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh. Nah, akhirnya program ini bisa menjadi jalan bagi setiap orang mendapatkan pahala nomor satu, sedekah jariyah, dan nomor tiga doa dari anak saleh," paparnya. 

​​​​​​Dikatakan Adi, orang yang berkontribusi dalam program ICH akan masuk dalam ekosistem dimana mereka akan bergabung dalam satu grup WhatsApp dan setiap harinya bakal mendapatkan laporan dari anak-anak penghapal Al-Qur'an yang diasuh.

"Anak-anak ini setiap hari ada laporannya dan nanti bisa minta doa dan mendoakan orang lain," kata Adi. 

Adi menyampaikan, sebanyak 23 juta penghapal Al-Qur'an ditargetkan akan lahir di Indonesia selama 13 tahun. Hal itu pun sesuai dengan sirah Rasulullah yakni 13 tahun membangun peradaban di Mekkah. 

Setelah lahir para penghafal Al-Qur'an, lanjut Adi, maka 10 tahun berikutnya adalah fase panen keemasan dimana Indonesia akan memiliki pemimpin, kontraktor, dokter, hingga profesional yang berlandaskan Al-Qur'an.

"Sehingga mereka ngambil keputusan-keputusan takutnya sama Allah, bukan takut dengan hukum yang ada," katanya. 

Sementara itu, Co-Founder DeEP-F, Rendy Saputra menilai, program ICH dari SIDAQ ini unik. Pasalnya, donasi yang diserahkan jelas peruntukannya dan ada laporan yang berkesinambungan.

"Sekarang sudah 1.800 donatur bulan ini, 65 santri di jalur kita," kata Rendy.

Rendy menjelaskan, setiap 30 donatur di program ICH akan dimasukkan dalam satu grup WhatsApp sementara santri penghapal Al-Qur'an nantinya akan dicari oleh SIDAQ. Di dalam grup WA, kata Rendy, donatur bisa mendapat laporan terkait progress hafalan Al-Qur'an dari para santri.

"Ngeliat santri hapalannya berapa dan ini udah jalan dalam satu bulan ini secara prototipe," jelas Rendy.

Intinya, kata Rendy, semua orang sekarang bisa memiliki santri. Namun, yang disebut santri asuh ini berbeda dari santri pada umumnya karena santri ini merupakan para penghapal Al-Qur'an.

"Jadi ini infaq yang multiplier effect-nya luar biasa," ujar Rendy.

"Rp3 juta untuk satu santri, kontraknya 36 bulan. Jadi Rp100.000 kita minta donatur komit 36 bulan. 1 grup 30 orang," lanjutnya.

Selain itu, pihaknya juga kini tengah mengejar program Rumah Cetak Huffadz (RCH). Masyarakat yang memiliki rumah lebih, kata Rendy, bisa menyerahkan hak pakainya untuk digunakan sebagai pondok bagi para santri penghapal Al-Qur'an selama 3 tahun.

"SHM (sertifikat hak milik) simpen, hak pakainya serahkan, maka wakaf hak pakai. Kontrak 3 tahun diserahkan pada SIDAQ, lalu rumahnya berubah jadi pondok," beber Rendy.

Rendy menambahkan, bersama SIDAQ, pihaknya menargetkan 2.000 santri bisa masuk di program ICH dengan  penghimpunan dana yang dibidik mencapai sekitar Rp6 miliar.

Editor : Zhafran Pramoedya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network