BANDUNG BARAT,INEWSBANDUNGRAYA.ID - Petani jeruk lemon di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sering kali mengalami kerugian karena hasil panen yang mereka jual harganya rendah atau bahkan busuk akibat tidak terserap pasar.
Menghadapi kendala tersebut, Kelompok Tani Melati Jayagiri Lembang bekerja sama dengan Taruna Merah Putih menggelar pelatihan pengolahan dried lemon (pengeringan jeruk lemon) untuk diolah menjadi komoditas yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
"Wawasan dan pengetahuan petani jeruk lemon khususnya di Lembang harus terus di upgrade. Melalui pelatihan ini mereka bisa tahu bagaimana mengolah jeruk lemon hasil panen menjadi produk yang bisa diserap pasar dan harganya lebih tinggi," kata salah seorang pengurus Kelompok Tani Melati Jayagiri Lembang, Thio Sektiowekti di sela pelatihan di Lembang, pekan lalu.
Menurutnya, ketika saat pandemi harga jeruk lemon dijual sekitar Rp15 ribu/kg karena banyak yang mencari untuk keperluan obat penambah imun tubuh. Tapi sekarang harganya anjlok menjadi sekitar Rp3 ribu/kg, padahal ongkos petani untuk menanam, membeli benih, pupuk, dan perawatan lebih dari itu.
Oleh karena itu petani jeruk lemon kadang banyak yang membuang hasil panennya atau membiarkan busuk karena kalau dijual pun mereka tetap merugi. Oleh karenanya pelatihan dengan konsep dried lemon ini menjadi alternatif pilihan para petani karena produk yang dihasilkan setelah diolah harganya naik secara signifikan, menjadi Rp200 ribu sampai Rp300 ribu/kg dan sudah dikemas.
"Konsep pengolahan ini bisa meningkatkan pendapatan petani pascapandemi COVID-19. Permintaan pasar juga sangat tinggi sementara kapasitas masih terbatas. Untuk sekali pengeringan jeruk lemon basah sebanyak 120 kg hanya menghasilkan 12 kg lemon kering, padahal saat ini permintaan lebih dari itu," tuturnya.
Wakil Sekretaris DPD Taruna Merah Putih Jawa Barat, Putri Puspita Ariane menyebutkan, sebagai obstaker berupaya membantu petani ketika menjual hasil panennya bisa mendapatkan harga lebih tinggi dari harga pasar biasanya. Sehingga ada pemberdayaan petani lemon dan mereka bersemangat ketika ada support dari obstaker.
"Permintaan jeruk lemon yang dikeringkan ini sedang booming, permintaannya banyak seperti dari restoran atau cafe, tapi kapasitas suplai dari kelompok tani masih kurang," sebutnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, KBB, Heru Budi Purnomo mengatakan, budidaya jeruk lemon di KBB sangat banyak terutama di wilayah Kecamatan Cisarua dan Lembang. Namun seiring kasus COVID-19 yang turun, budidaya lemon juga turun karena permintaan pasar juga berkurang.
Ke depan sedang dicari inovasi agar selain dikonsumsi sebagai obat, lemon juga agar dibuat bertahan lama. Sekarang ada inovasi dengan cara dikeringkan melalui mesin oven yang dirancang khusus sehingga lemon yang dikeringkan bisa dikonsumsi, dari lemonnya sampai ke kulitnya.
"Melalui pengolahan ini jari zero waste, karena semua bagian lemon bisa dimanfaatkan. Makanya dari pemerintah kami terus support dari hulu seperti bantuan benih dan pupuk, hingga hilir dengan menyiapkan obstaker yang siap membeli produk lemon dari KBB," pungkasnya. (*)
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait