Lalu pada masa Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794-1829), ibu kota Kabupaten Bandung dipindah dari Krapyak (Dayeuh Kolot) ke pinggir sungai Cikapundung, yang saat ini menjadi alun-alun Kota Bandung.
Pasalnya pemindahan tersebut dilakukan lantaran daerah pinggir sungai Cikapundung bisa lebih memberikam prospek yang lebih maju untuk perkembangan wilayah Bandung ke depannya. Adapun yang menginisiasi pemindahan itu yaitu Gubernur Jendral Hindia Belanda Daendels, 25 Mei 1810.
Kabupaten Bandung mulai berkembang pada masa pemerintahan Bupati Wiranatakusumah IV (1846-1874). Sebagai sosok yang progresif, dia meletakkan dasar master plan Kabupaten Bandung atau yang terkenal dengan sebutan Negorij Bandoeng.
Wiranatakusumah IV mendapatkan sebutan Dalem Bintang atas sejumlah prestasi yang didapatkan. Di antaranya pembangunan pendapa kabupaten dan masjid agung pada 1850 dan pemrakarsa pembangunan sekolah raja serta mendirikan Opleding School Voor Indische Ambtenaaren.
Pada 17 Mei 1884, tepatnya pada pemerintahan R. Adipati Kusumahdilaga, kereta api mulai masuk Bandung. Kawasan Bandung pun semakin menggeliat dan ramai. Bandung tidak hanya dihuni oleh pribumi melainkan juga dari bangsa Eropa.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait