Selama menjalankan bisnisnya, Ipan menghadapi masa di mana tidak ada pembeli sama sekali. Karena itu, ia mencari penghasilan tambahan dengan menjadi pengamen di jalan.
Namun, dengan tekad yang kuat dan kepercayaan kepada Tuhan bahwa rejeki telah ditentukan, Ipan kembali bersemangat untuk mengembangkan usahanya.
"Namun, hampir saja bajaj ini berhenti beroperasi pada tahun kedua karena tidak ada pembeli, sehingga tidak ada uang. Setelah itu, saya mencari nafkah dengan mengamen. Dari situlah saya menyadari bahwa mencari uang itu sulit. Mengapa bajaj ini harus berhenti? Kemudian, saya bangkit lagi," ujarnya.
Kesulitan yang dialami oleh Ipan disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam mengatur keuntungan dari penjualan kopi.
Ia mengakui bahwa dulu ketika mendapatkan uang, pikirannya hanya untuk bersenang-senang. Itulah sebabnya mengapa bisnisnya hampir berhenti, karena ia tidak memikirkan kelanjutan usahanya.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya konsistensi dalam berjualan dan tidak lupa berdoa.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait