BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Saung Angklung Udjo (SAU) sempat merasakan kepedihan akibat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia selama beberapa tahun terakhir
Direktur Utama PT Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo mengungkapkan, pihaknya harus bersusah payah untuk bangkit menghadapi bencana non-alam tersebut.
"Saat pandemi SAU sama sekali tidak bisa menggelar pertunjukan, padahal SAU mengusung semangat gotong royong yang menuntut orang-orang untuk berkumpul," ucap Kang Opik, sapaan akrabnya dalam konferensi pers di SAU, Kota Bandung, Jumat (11/8/2023).
Bahkan, untuk membiayai operasional SAU hingga gaji para pegawai, pihaknya pun terpaksa harus meminta bantuan ke berbagai pihak.
"SAU juga kesulitan untuk membiayai operasional seperti tagihan listrik hingga membiayai gaji pegawai, ratusan talent, dan orang-orang yang bekerja di bagian produksi angklung," ungkapnya.
"Pandemi membuat Saung Angklung Udjo terpuruk dan terpaksa meminta bantuan ke berbagai pihak hingga ke Kitabisa.com yang notabene bukan lembaga bantuan untuk kebudayaan," tambahnya.
Meski begitu, Kang Opik pun mengakui bahwa pandemi Covid-19 banyak memberinya pelajaran dan hikmah yang bisa diambil. Salah satunya tentang siapa orang yang memang peduli terhadap SAU dalam upaya mempertahankan warisan budaya Indonesia ini.
"Hikmah daripada pandemi Covid-19 ini adalah kita akan lebih tahu siapa yang benar-benar kawan, siapa yang namanya sahabat karena kita untuk berjuang itu pun saya tidak berani minjem uang secara pribadi untuk temen-temen ini, yang diperkirakan akan bantu ternyata tidak, yang diperkirakan tidak akan bantu malah bantu jadi itu keliatan sekali," tuturnya.
Disinggung kondisi saat ini, Kang Opik memastikan bahwa SAU kini kondisinya sudah jauh lebih baik yang ditandai dengan meningkatnya kunjungan serta kegiatan SAU dalam beberapa bulan terakhir ini.
"Sekarang kondisi Saung Angklung Udjo alhamdulillah membaik bahkan beberapa hari ini ada bulan-bulan yang melebihi daripada bulan sebelum Covid-19 pengunjung yang datang. Contoh besok ada pertujukkan besar di tiga tempat, satu di Gedung Sate, kedua di lapangan Sabuga, ketiga di Sindang Reret, itu semua diluar belum di tempat disini," tuturnya.
"Jadi berbicara kendalannya apa sekarang, justru kendalanya ada hari-hari yang kita tidak muat dengan tamu yang datang," sambungnya.
Kang Opik melanjutkan, kebangkitan SAU juga ditandai torehan gemilang dalam upaya pemecahan rekor dunia pergelaran angklung dimana SAU berada di balik kesuksesan itu.
Seperti diketahui, Indonesia berhasil memecahkan rekor dunia untuk pergelaran angklung terbesar yang diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (5/8/2023) lalu.
Rekor pergelaran angklung yang dicatat oleh Guinness World Records (GWR) tersebut diikuti oleh 15.110 peserta.
Belasan ribu peserta itu secara bersama-sama memainkan alunan harmonisasi angklung dalam sebuah arrangement indah khas Saung Angklung Udjo dalam lagu Berkibarlah Benderaku dan Wind of Change.
"Gelaran GWR ini bukan sekedar acara ceremonial, namun rangkaian kegiatan GWR telah mampu hidup dan menghidupi," ungkapnya.
Kang Opik mengungkapkan, rencana kegiatan tersebut telah dikonsep sejak akhir 2022 di bawah arahan Direktur PMM Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Ahmad Mahendra.
"Peran Saung Angklung Udjo adalah sebagai konseptor yang menyajikan permainan angklung dengan kategori yang memiliki tingkat keharmonisan yang tinggi secara musikalitas tanpa membebani peserta pelatihan yang sebagian besar bukan pemain angklung terlatih," katanya.
Kang Opik mengungkapkan, dalam persiapannya, Saung Angklung Udjo diminta Kemendikbud Ristek untuk menyiapkan 20.000 lebih angklung yang akan dibagikan kepada peserta. Menurutnya, hal ini mampu menghidupkan lagi ekosistem di SAU.
"Sehingga para petani bambu hingga puluhan pengrajin angklung dapat menunjukan eksistensinya kembali setelah serangan panjang Covid-19 yang mereka harus kehilangan mata pencahariannya," ungkapnya.
Kang Opik juga mengatakan, Saung Angklung Udjo juga berperan sebagai tim pelatih yang melibatkan 100 orang guru musik, guru musik angklung, dan praktisi dari komunitas angklung lainnya. Proses latihan ini pun berjalan selama tiga bulan.
"Dengan adanya proses pelatihan selama 3 bulan ini jelas akan membangun kecintaan para peserta terhadap angklung dan memberdayakan para guru musik serta pelatih angklung agar semakin terlatih dan ter-upgrade. Untuk kemudian diharapkan mampu menjadi pelatih angklung dilingkungannya," tuturnya.
Kang Opik pun berharap, para peserta ini dapat merasakan bagaimana bentuk toleransi kedisiplinan dan beberapa manfaat lainnya.
"Serta muncul dampak berkelanjutan salah satunya agar budaya Indonesia dapat dipromosikan secara global khususnya agar angklung sebagai warisan budaya khas Indonesia dapat terus lestari dan mencuri perhatian di seluruh dunia," tandasnya.
Tak lupa, Kang Opik pun menyampaikan terima kasihnya kepada Ibu Negara Iriana Joko Widodo, OASE-KIM di bawah kepemimpinan Ibu Tri Tito Karnavian, Ibu Franka Makarim, Bapak Nadiem Makarim, Kemendikbud Ristek, Direktorat Perfilman Musik dan Media, serta para sponsor.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait