Ganjar dan Gibran pun bersama-sama mengunjungi linimasa, salah satu dari 9 ruangan di area tersebut, untuk melihat artefak-artefak perjalanan musik dari tahun 1951 sampai saat ini. Ruangan ini menjelaskan secara detail terkait timeline dan perjalanan Lokananta.
Wajah baru Lokananta, terbilang sesuai dengan harapan Ganjar yang ingin studio rekaman legendaris itu bisa menjadi creative hub berbasis seni.
"Orang bisa belajar musik di sini lebih banyak, kuliner ada, ruang ekspresi ada. Yang saya harapkan itu setiap hari ada orang bermain musik di sini," ungkap Ganjar.
"Jadi artinya mereka punya panggung yang bisa kita kelola dengan gampang. Dan bakat-bakat itu akan muncul, dan industri kita akan hidup lagi," tambahnya.
Ganjar dan Gibran pun turut menyaksikan kiprah masterpiece musik di Lokananta seperti Waldjinah, Buby Chen, Gesang, Titiek Puspa, Bing Slamet, hingga gubahan dalang Ki Narto Sabdo.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait