BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI terus berupaya membumikan gerakan literasi. Kali ini upaya tersebut dikemas lewat kegiatan Perpusnas Writers Festival (PWF) 2023 yang digelar di Kota Bandung.
Setelah sebelumnya sukses menyelenggarakan PWF selama dua tahun berturut-turut di Perpusnas Jakarta. Atas masukan audiens yang ingin PWF bisa dilaksanakan di daerah, maka pada 2023 di ajang festival ke tiga, PWF pertama kali diadakan di luar Jakarta.
Bandung sebagai kota yang sarat akan narasi dan sumber inspirasi literasi, menjadi pilihan lokasi pertama untuk di luar Jakarta. Tidak hanya dalam cakupan nasional tetapi juga internasional, bahkan hingga menorehkan tinta sejarah peradaban manusia.
Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando menampik keras tudingan perbandingan dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 pembaca. Di kota-kota besar, saat ini 1 buku dibaca oleh 90 orang pembaca.
"Di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, Makassar, Medan, saat ini 1 buku dibaca oleh 90 orang pembaca," kata Syarif di Bandung, Rabu (6/9/2023).
Akan tetapi, Syarif menyoroti literasi di daerah kecil, di mana 1 buku dibaca oleh 1.500 orang.
"Ini yang menjadi masalah. Itulah sebabnya perlu gerakan menulis, seperti saat ini diselenggarakan Perpusnas Writers Festival 2023," ujarnya.
Menurutnya, membaca adalah proses membentuk struktur berfikir rasional, logic dan runut. Tidak akan mungkin setiap orang bisa menulis jika tidak dimulai dengan membaca buku.
"Tugas kita sebagai abdi negara adalah memperbaiki realitas masyarakat. Penyebab kemiskinan itu salah satunya, tidak ada berpengetahuan dan berilmu. Sedangkan ilmu dan pengetahuan bisa didapatkan oleh membaca atau kegiatan literasi lainnya," tuturnya.
Sementara itu, Duta Baca Indonesia, Heri Hendrayana Harris atau dikenal Gol A Gong mengatakan, PWF 2023 sangat menarik digelar di Braga, Kota Bandung. Sebab berdasarkan literatur, Braga sejak dahulu sudah ada peradaban.
"Tadi malam saya bertemu dengan Komunitas Nulis Aja Dulu, brainstorming sebuah buku dan Insya Allah tahun depan akan menulis sebuah buku tentang Kota Bandung," kata dia.
Di sisi lain, Gol A Agong menyoroti terkait belum meratanya percetakan di Tanah Air. Hal ini memerlukan intervensi pemerintah agar percetakan buku bisa tersebar secara merata.
"Sehingga para penulis bisa mencetak tulisannya di daerah mereka masing-masing. Tidak perlu menerbitkan ke Jawa, sehingga dikirim ke Papua menjadi lebih mahal, dari harga asli Rp 50.000 bisa jadi Rp 150.000," ucapnya.
Di tempat yang sama, Sekretaris Utama Perpusnas RI, Ofy Sofiana mengatakan, adanya PWF ini untuk mengentaskan permasalahan yang sedang melanda Indonesia. Berdasarkat aturan UNESCO, 1 buku harusnya untuk 3 orang, namun di Indonesia 1 buku untuk 9 orang.
"Adanya PWF 2023 ini outputnya adalah menerbitkan beberapa buku untuk masyarakat Indonesia khususnya tentang peradaban Indonesia," kata Ofy.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait