BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Museum Konferensi Asia Afrika, berdiri megah sebagai penjaga warisan sejarah yang tak ternilai harganya. Lebih dari sekadar bangunan bersejarah, museum ini menyimpan kisah-kisah yang melampaui zaman.
Menjadi saksi bisu bagi peristiwa penting dalam sejarah, terutama Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Konferensi yang mempersatukan negara-negara Asia dan Afrika dalam gerakan Non-Blok ini menjadi landasan kuat bagi diplomasi dunia yang berkeadilan.
Konferensi Asia Afrika tahun 1955 yang merupakan tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia ini berlangsung di Gedung Concordia Bandung. Oleh karena itulah acara ini sering disebut dengan Konferensi Bandung.
Museum Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, diresmikan pada tanggal 24 April 1980 oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia saat itu. Upacara peresmian tersebut bertepatan dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika dan dihadiri oleh 29 Kepala Negara dan Kepala Pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang baru saja merdeka.
Gagasan dibangunnya Museum Konferensi Asia Afrika dicetuskan oleh Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada tahun 1978 - 1988. Usulan tersebut disampaikan pada sidang forum panitia memperingati 25 tahun Konferensi Asia-Afrika tahun 1980, bekerja sama dengan Dinas Penerangan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Sedangkan perencanaan teknis dan pelaksanaannya dilakukan oleh PT Decenta di Bandung.
Dan berikut adalah tujuan berdirinya Museum Konferensi Asia Afrika sebagaimana dampak positif bagi dunia politik luar negeri Indonesia.
1. Mengumpulkan, memproduksi dan menyajikan buku, majalah, surat kabar, manuskrip, dokumen dan publikasi lainnya yang memuat uraian dan informasi tentang kegiatan dan peran negara-negara Asia Afrika dan negara-negara berkembang dalam kancah politik dan kehidupan dunia, serta sosial budayanya.
2. Melakukan penelitian mengenai isu-isu di negara-negara Asia dan Afrika serta negara-negara berkembang, mendukung kegiatan pendidikan dan penelitian ilmiah bagi pelajar, dosen, pemuda Indonesia, dan negara-negara Asia dan Afrika pada umumnya, dan menginformasikan kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik luar negeri.
3. Memperkenalkan artefak dan informasi tentang Konferensi Asia Afrika, termasuk latar belakang, perkembangan, sosial budaya, arena politik, dan peran negara-negara Asia Afrika, khususnya bangsa Indonesia, dalam kehidupan dunia.
4. Menyokong upaya menciptakan saling pengertian dan kesatuan pendapat antara negara-negara Asia Afrika dan seluruh dunia, serta meningkatkan tingkat kerja sama.
5. Menyokong upaya pengembangan kebudayaan negara, mendidik generasi muda, dan meningkatkan pariwisata.
Selain menjadi destinasi wisata edukasi yang populer, sebagaimana tertulis pada fasad gedung "Museum Konferensi Asia Afrika", gedung ini memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan tentang peristiwa sejarah kepada generasi muda dan masyarakat umum.
Dengan demikian, Museum Asia Afrika tidak hanya menjadi penjaga warisan sejarah, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam upaya membentuk generasi yang lebih sadar akan nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, dan perdamaian. Sebuah peran yang tidak terbatas pada dinding-dindingnya. (*)
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait