Namun mengenai skala prioritas ini, ketika dua kekuatan besar tersebut tidak bisa dihentikan rivalitasnya, maka Indonesia harus memilih posisinya. Menurutnya Indonesia tidak mungkin bersikap netral.
“Hanya probelumnya adalah pada saat dua kekuatan besar ini kemudian tidak bisa dicegah atau tidak dihentikan rivalitasnya, lalu kemudian bermuara pada satu konflik bersenjata. Itu lah Indonesia akan ditagih untuk bersikap berada pada posisi dimana. Karena tidak mungkin kita ini hanya bersikap netral,” bebernya.
Rizal juga memandang, jika persoalan konflik bersenjata yang paling bahaya bukanlah di wilayah China Selatan atau Natuna.
“Persoalan konflik bersenjata yang paling tinggi menurut saya adalah bukan di wilayah-wilayah China Selatan atau Natuna, itu adalah suatu wilayah yang berpotensi konflik namun konflik hanya terjadi secara parsial dan andaikan terjadi openfire paling sifatnya hanya skala kecil,” ungkapnya.
Menurutnya, konflik bersenjata paling bahaya adalah di Selat Taiwan. Sekarang yang terpilih di Taiwan ini adalah pemerintahan baru yang aspirasinya adalah merdeka penuh dari China.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait