Yang selalu didiskusikan adalah, ujar Prof Abu Rokhmad, kesetaraan dalam perlakuan dan penganggaran. Omong kosong, dua sayap ini, ibarat burung, pendidikan di Indonesia tidak akan terbang tinggi kalau sayap Kemenag dan Kemendikbud tidak sama-sama kuat.
"Untuk menopang tubuh pendidikan nasional kita dibutuhkan sayap yang kuat. Tidak mungkin satu saya saja yang dibutuhkan. Karena hanya satu saya saja, sayap kanan, mungkin bisa terbang, tapi tidak setinggi kalau dua sayap ini sama-sama kuat, sehat, dan mampu mengepak dengan tenaga yang full," ujar Prof Abu.
Tahun ini, tutur Plt Dirjen Pendis, tahun ini, Indonesia memiliki presiden baru. Titipkan secara historis selesaikan diskusi mengapa pendidikan di Indonesia dikelola oleh dua kementerian. Tidak penting mempersoalkan siap dan atapnya apa.
"Tetapi yang terpenting adalah kesetaraan perlakuan, treatment, dan keadilan penganggaran. Selama ini ketiga hal itu berlum pernah dilakukan. Kita coba apakah hipotesis, niatan ini mampu mendongkrak pendidikan kita," tutur dia.
Selama ini, kata Prof Abu, Kemenag hanya mendapatkan anggaran pendidikan sekitar 9 persen dari Rp665 triliun atau 20 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Seusai peresmian gedung IKALUIN Jakarta, acara dilanjutkan dengan IKALUIN Award 2024: Kiprah Alumni untuk Bangsa.
Editor : Ude D Gunadi
Artikel Terkait