BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX (BPK IX) menggelar pelestarian budaya bertajuk 'Jejak Budaya Citarum' dengan mengambil objek Sungai Citarum yang merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat.
Sungai Citarum telah mengalami sejarah budaya panjang. Hal inilah yang dipandang oleh BPK IX sebagai sebuah ekosistem kebudayaan yang unik dan wajib dilestarikan.
Pada tahun 2024, BPK IX sebagai unit pelaksana teknis bidang pelestarian kebudayaan di Jabar di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, mencoba pendekatan baru dalam strategi pelestarian budaya, baik budaya masa lalu melalui cagar budaya, maupun budaya yang masih berlanjut lewat obyek pemajuan kebudayaan.
Pendekatan yang dilakukan oleh BPK IX yaitu memantik adanya suatu kegiatan yang dapat menggambarkan ekosistem budaya di Sungai Citarum, yakni kegiatan Jejak Budaya Citarum yang diisi oleh rangkaian acara yang terdiri dari:
Riwayat Citarum
Kegiatan ini mengangkat film dokumenter yang menggambarkan tinggalan budaya yang berada di aliran Sungai Citarum. Penayangan perdana film dokumenter ini akan dilaksanakan pada 28 Mei 2024 di Kompleks Museum Batujaya Karawang, bersamaan dengan pembukaan Festival Simfoni Citarum.
Dalam kegiatan Cerita Citarum kali ini, dimaksudkan sebagai sebuah catatan perjalanan dalam bentuk cerita, dimana kegiatan ini merupakan sebuah Ekspedisi Penelusuran, yakni perjalanan menyusuri tinggalan budaya sehingga membentuk budaya yang ada saat ini.
Dalam bagian ini, mereka yang terlibat akan berkontribusi untuk mempublikasikan budaya kepada masyarakat umum. Peserta kegiatan ini, ditujukan terutama pada komunitas, jurnalis dan penggiat budaya untuk ikut serta melakukan publikasi. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 25-29 Mei 2024.
Simfoni Citarum
Budaya yang ada di sepanjang Sungai Citarum, dapat dikatakan memiliki perbedaan, namun apabila unsur-unsur kebudayaan itu ditampilkan pada suatu festival kebudayaan, tentunya akan menjadi menarik untuk diikuti, dan diharapkan akan memberikan dampak besar bagi masyarakat melalui proses 3i (Konservasi, Edukasi, dan Publikasi).
Simfoni Citarum merupakan festival kebudayaan, terdiri dari “SAPTA SIMFONI” lewat Pameran Peradaban Citarum, Festival Kebudayaan, Permainan Tradisional, Festival Musik Tradisional dan Kontemporer, Workshop Batik Citarum, Workshop Konservasi Candi Batujaya, Talkshow Pelestarian Kebudayaan, Pertunjukan Seni dan Budaya.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kawasan Percandian Batujaya, Kabupaten Karawang,yang akan diadakan pada 28-30 Mei 2024. Pembukaan akan dilaksanakan pada 28 Mei 2024, rencananya akan dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan dan Bupati Karawang.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Jabar, Febiyani mengatakan, Citarum menjadi salah satu destinasi wisata dan itu perlu terus ditingkatkan kembali, karena banyak jejak peradaban yang belum banyak diangkat.
“Maka dari itu, kegiatan ini menjadi kesempatan yang baik agar banyak yang menggali dan memberitakan terkait peradaban Citarum, terlebih untuk dishare ke masyarakat luas,” ucap Febiyani, Selasa (28/5/2024).
Selain itu, pihaknya mengaku memiliki kekurangan untuk mengangkat terkait budaya, sementara untuk pariwisata sudah berjalan.
“Kekurangan kami tidak ada tim khusus untuk mengangkat sisi budaya seperti yang dilakukan BPK Wilayah IX, semoga kami juga dapat berkolaborasi menjadi kegiatan yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Febiyani berharap, semua peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut, dapat memanfaatkan kesempatan karena belum tentu ada anggaran khusus dari pihaknya untuk itu.
“Karena anggaran itu bersifat dinamis, sehingga semoga dapat dikolaborasikan dan menjadi kegiatan yang berkesinambungan. Selain itu budaya pelestarian bisa dikembangan kepada budaya sehari-hari, salah satunya bagaiaman mengedukasi untuk tidak membuang sampah kesungai,” katanya menyampaikan pesan Kepala Disparbud Jabar, Benny Bactiar.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPK Wilayah IX, Dwi Ratna Nurhajarini berharap, bahwa kegiatan Cerita Citarum tersebut dapat menarasikan peradaban yang ada di Citarum dengan passion masing-masing yang dimiliki peserta dalam menyampaikannya.
“Semua peserta dari beragam media ini tentu saja memiliki karakter yang berbeda dan cara, dalam menyampaikan informasinya kepada masyarakat. Dan ini menjadi momen yang tepat bagi kami untuk berbagi tantang peradaban di Citarum,” katanya.
Diakui Ratna, kegiatan Cerita Citarum tersebut banyak membawa dampak positif, salah satunya terkait tata kelola diarea saat menyusuri sungai Citarum.
“Seperti saat kita mengunjungi Gua Pawon, bersama kita menguatkan tata kelola apa yang bisa didorong dan kebermanfaatannya bisa terjaga dengan cara-cara baru. Mudah-mudahan dapat terjaga dan terus lestari,” imbuhnya.
Seperti diketahui, nama Citarum sendiri memiliki arti Air dan Tarum, yakni aliran air yang terdapat banyak pohon tarum (Strobilanthes cusia).
Tarum, secara historis merupakan salah satu pewarna tekstil yang menghasilkan warna biru (India:nila) dan dijadikan sebagai komoditas penting pada perdagangan maritim.
Nama Tarum inilah yang digunakan menjadi nama kerajaan bercorak Hindu-Buddha pertama di Pulau Jawa, Tarumanagara, yang berarti Negara (kerajaan) tarum.
Kegiatan Jejak Budaya Citarum ini, dapat berlangsung atas dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Museum dan Cagar Budaya, Balai Media Kebudayaa.
Kemudian, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat, Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta, Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bekasi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang, Panitia Puja Bakti Waisak 2024, Masyarakat Desa Segaran, Kecamatan Batujaya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait