Poetical Urgency: Rangkuman jejak Formalisme-Arsitektural Patung Karya Gabriel Aries

Abbas Ibnu Assarani
Seniman asal Bandung, Gabriel Aries Setiadi memamerkan karya seninya dalam pameran tunggal bertajuk “Poetical Urgency” di Lawangwangi Creative Space, Bandung Barat. (Foto:Istimewa)

Menurut kurator pameran, Rizki A. Zaelani, karya-karya trimatra dari Gabriel terlihat mengupayakan sebuah cipta hubungan material bersifat natural (logam dan batu) dengan kultural (resin) yang dihasilkan dari proses produksi industrial. Gabriel membuat komposisi apik pada bentuk-bentuk yang akrab sekaligus tidak dikenali. Hasil bentukan justru ‘berjarak’ dengan ingatan publik tentang material yang biasanya ditemukan sebagai barang-barang tertentu dalam pengalaman keseharian.

“Dalam patung-patung abstrak itu kita bisa menemukan ‘logika keterkaitan bentuk,’ yang disebut Gabriel sebagai ‘bentuk-bentuk kuncian’ (joined forms). Bagi Gabriel, ihwal sensasi dan komposisi tataran estetik lah yang membungkus seluruh urgensi tindakan penciptaan yang dilakukan akhir-akhir ini. Inilah yang dimaksud dengan ‘urgensi puitik’, atau urgensi tindakan menyatakan; seperti apa yang disebut Deuleuze-Guattari, afek (affect) dan persep (percept) menjadi wujud keberadaan yang bersifat puitik (poetical beings),” tutur Rizki Ahmad Zaelani.

Rizki menyebut, karya Gabriel yang kuat dengan aspek formalisme memiliki urgensi bagi laju perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia. Namun unsur formalisme tersebut tidak lagi berfungsi objektif, tapi sangat subjektif. Konsepsi abstrak atau formalisme dengan teknik assembly pada karya Gabriel secara terstruktur, memungkinkan untuk lebih melebarkan ruang apresiasi pada sensasi dari bahasa rupa melalui konstruksi secara kekaryaan.

"Dalam konteks seni rupa kontemporer hari ini, karya-karya Gabriel merupakan permaianan collective memory dari serpihan bentuk-bentuk arsitektural yang mengarah pada kehadiran wujud perbedaan dan kontras. Namun menjadi simbolisme sebuah proses memahami sudut pandang personal seorang seniman terhadap kesadaran dan laju peradaban masyarakat saat ini," bebernya.

Di tempat sama, Direktur ArtSociates, Andonowati melihat karya-karya Gabriel menyuguhkan daya pikat lebih elegan. Menurutnya, karya Gabriel sudah terlihat unik sejak kali pertama memamerkan karya Tugas Akhir pascasarjana FSRD-ITB di Lawangwangi Creative Space tahun 2020. Pascapandemi, Gabriel matang dalam mengolah media atau material dalam struktur yang lebih simbolik.

Editor : Abdul Basir

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network