BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Berdasarkan survei, 32 persen masyarakat Indonesia belum bisa mengenali hoaks. Hanya 23 persen masyarakat yang mampu mengetahui karakteristik berita bohong atau hoaks.
Sedangkan sisanya masih ragu untuk mengidentifikasi perbedaan informasi valid dengan berita bohong.
Sadar akan bahaya hoaks dan berupaya untuk menangkal, terutama saat Pilkada Serentak 2024 berlangsung, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jatim menggelar Literasi Demokrasi Digital (LDD) 2024 di Malang Creative Center.
Forum diskusi yang mengusung tema "Pilkada? Dibikin Asyik Aja" itu menghadirkan Kepala Humas Universitas Bhayangkara Surabaya Fitria Widiyani Roosinda dan Komika asal Kediri Wawan Setiawan sebagai pembicara.
Sebanyak 100 pejabat dan pranata humas dari 38 kabupaten/kota tampak antusias mengikuti kegiatan hingga usai.
Kepala Diskominfo Jatim Sherlita Ratna Dewi Agustin mengatakan, Diskominfo Jatim terus meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat.
Indeks Literasi Digital Jawa Timur ada di angka 3,58. Angka tersebut masuk kategori sedang dan sedikit di atas skala Indeks Nasional, 3,54.
"Kami terus berupaya mempersempit gap antarkelompok masyarakat," kata Kadiskominfo Jatim.
Sherlita menyatakan, angka literasi digital tersebut semakin diperkuat dengan masih tingginya angka masyarakat yang tidak mampu membedakan mana berita bohong dan bukan.
Pada 2021, ujar Sherlita, persentase pertumbuhan hoaks mencapai 22,7 persen. Angka tersebut terus bertambah di tahun 2022 menjadi 32,2 persen dan pada 2023 menjadi 55,5 persen.
"Salah satu momen yang memicu tumbuhnya hoaks adalah saat Pemilu. Oleh karena itu, harus benar-benar diantisipasi," ujarnya.
Kabid Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Diskominfo Jatim Putut Darmawan mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mendongkrak partisipasi masyarakat pada Pilkada Serentak 2024.
Terutama, kata Putut, menggugah atensi dan minat generasi milenial bahwa Pemilu itu asyik. Sehingga tidak golput dan mau menyalurkan hak politik yang dimilikinya.
Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hoaks atau berita bohong yang tumbuh subur selama rangkaian pilkada.
"Kami berharap, masyarakat mampu mengidentifikasi ciri-ciri berita bohong atau hoaks, maupun berita valid," kata Putut.
Editor : Ude D Gunadi
Artikel Terkait