Sementara itu, Komisioner KPID Jabar, Syaefurrahman Albanjary mencontohkan, konten kesehatan merupakan kebutuhan hidup manusia agar mampu membangun diri dan lingkungan yang sehat.
Namun menurutnya, tayangan radio dan televisi sejauh ini kurang menyiarkan konten kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan ruang yang tersedia.
"Artinya perlu mengedukasi publik tentang isu kesehatan, baik olah raga, medis tradisional, makanan maupun obat tradisional dan sebagainya," beber Syaefurrahman.
Di samping itu, Syaefurrahman menekankan pentingnya memilih topik dan tema sesuai keperluan. Setidaknya, ada 5 langkah yang menurutnya perlu dilakukan.
"Di antaranya, teknik sederhana, selalu dibutuhkan orang kapan saja dan di mana saja, berasal dari lingkungan kita, mudah diproduksi, dijamin kredibilitasnya, yakni sumber jelas seperti pakar, akademisi, buku atau dokumen," ujar Syaefurrahman.
Di tempat sama, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Almadina Rakhmaniar memaparkan penjelasan tentang optimalisasi kreativitas dan memaksimalkan bisnis di era digital.
Salah satu yang penting dipahami, terang Alma sapaan akrabnya, adalah pentingnya mengenal bagaimana membuat konten kreatif untuk pemasaran di Lembaga Penyiaran dan digital marketing. Pasalnya, jumlah pengguna internet di Indonesia terus mengalami peningkatan.
"Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJJI), jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2021-2022 mencapai 215,63 juta. Kemudian tahun 2023 ada 210,03 juta dan 2024 ada sekira 221,56 juta pengguna internet di Indonesia," ungkap Alma.
Dalam digital marketing tersebut, Alma memaparkan, kreator perlu juga membangun brand image. Misalnya brand yang autentik dan berkesan dengam menjalin ikatan emosional.
"Branding bukan hanya soal logo, tapi juga cerita di baliknya dan ingin dipandang seperti apa bisnis kamu. Bisa melalui Story Telling perjalanan singkat bisnis," tuturnya. (*)
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait