Sinyal dan Sunyi
Tahun kelima menjadi klimaks. Maryam memutuskan untuk masuk ke Nukleus, menyaksikan karya hidupnya dari dekat. Anya memimpin kelompok anak-anak yang kini berdiri tegak, menatap Maryam dengan mata yang dalam, seperti menatap inti kosmos. Mereka berbicara padanya tanpa kata, hanya dengan sentuhan sinyal yang dipahami melalui gemetar halus di udara.
Maryam merasakan sesuatu yang luar biasa. Sebuah getaran samar merayap ke jantungnya, seperti pesan yang dikirim oleh NeuroCorpus. Dalam keheningan itu, jawaban yang selama ini dicari Maryam tersingkap. NeuroLyrika bukanlah sekadar bahasa; ia adalah manifestasi dari kesadaran yang terhubung, realitas di mana pikiran bertautan tanpa perantara simbolis.
Bahasa baru ini tak bisa diajarkan, hanya bisa dirasakan. Profesor Maryam, dengan air mata di matanya, menyadari bahwa di dunia ini, di tahun 2450 yang dipenuhi mesin dan kode, manusia masih mampu menciptakan keajaiban yang tak bisa direduksi menjadi angka dan logika. Dalam sunyi yang penuh makna, Maryam mengakui kekalahan sekaligus kemenangan terbesar manusia: bahwa bahasa sejati adalah jiwa yang berbicara dengan sendirinya, tanpa suara, tanpa kata.
Di sinilah, di tengah puncak kemajuan, manusia menemukan kembali apa artinya menjadi manusia.
(Maryam Oei)
Sabtu, 2 November 2024
Penulis penikmat sastra, lagi belajar di MPBSI Universitas Suryakancana Cianjur
Editor : Ude D Gunadi
Artikel Terkait