"Jangan sampai Anda melihat orang yang berpuasa di bulan Rajab dan kemudian mengatakan, 'Hei, itu berdasarkan hadis palsu!' Tidak, karena dia bisa menggunakan hadis shahih. Anda sendiri malah tidak berpuasa dan mencela orang lain," tambahnya.
UAH juga mengingatkan bahwa jika seseorang ingin berpuasa di bulan Rajab, maka hendaknya menggunakan sandaran yang shahih. Begitu juga dengan ibadah malam lainnya, boleh dilakukan, tetapi jangan menggunakan hadis palsu sebagai dasar.
Terkait dengan keutamaan puasa di bulan Rajab, UAH menegaskan bahwa tidak ada keutamaan khusus seperti yang disebutkan dalam beberapa hadis palsu, seperti puasa sehari di bulan Rajab yang mengakibatkan seseorang diampuni dosa-dosanya atau dibebaskan dari neraka.
"Jika sudah bebas dari neraka, kenapa harus puasa Ramadhan?" ujar UAH menanggapi mitos tersebut.
UAH menyimpulkan bahwa keutamaan puasa di bulan Rajab sebenarnya merupakan keutamaan umum, yang tercakup dalam dalil-dalil mengenai puasa dan ibadah di bulan-bulan haram. Keutamaan ini mirip dengan keutamaan ibadah di tiga bulan haram lainnya.
"Jadi, tidak ada amalan khusus yang terkait dengan bulan Rajab. Namun, jika Anda mengerjakannya, lakukan dengan niat yang tulus dan seperti amalan lainnya. Pahala akan diberikan oleh Allah," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait