Kedua, terkait pendidikan berbasis kurikulum yang jelas. Menag menekankan pentingnya membangun kurikulum berdasarkan visi dan misi yang jelas.
“Sesuatu yang punya isi, sesuatu yang punya misi harus diwujudkan. Lahirlah nanti disebut kurikulum. Tidak mungkin kita bisa melahirkan kurikulum tanpa mengetahui ontologinya apa,” imbuhnya.
Ketiga, terkait kepedulian terhadap lingkungan hidup. Menag menyoroti pentingnya memandang lingkungan sebagai bagian dari kehidupan manusia, bukan sekadar objek eksploitasi.
“Seolah-olah tidak ada dosa kalau kita membakar hutan untuk kemaslahatan manusia, padahal di situ juga membunuh berbagai ekosistem. Bahkan kita tidak menganggap dosa kalau menjadikan sungai sebagai tong sampah umum,” katanya.
Keempat, terkait penguatan nasionalisme. Menag menilai bahwa Indonesia yang sangat plural perlu memiliki strategi budaya yang konstruktif untuk menjaga identitas bangsa.
“Wajahnya mirip Indonesia, tapi perilakunya dan pikirannya sudah bukan Indonesia lagi. Kita ini mengarah kepada krisis identitas,” tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait