Meski memberi apresiasi terhadap perkembangan yang ada, Bojan menilai pengembangan pemain muda masih menjadi pekerjaan rumah terbesar Indonesia. Menurutnya, proyek seperti Elite Pro Academy (EPA) sudah merupakan langkah awal yang baik, tapi belum cukup kuat untuk menghasilkan pemain yang siap bersaing di level profesional.
"Indonesia butuh fokus lebih besar pada pembinaan usia dini. Ini bukan cuma masalah di Indonesia, tapi di banyak negara Asia lainnya," jelas Bojan.
Ia pun membandingkan dengan sistem di negaranya, Kroasia, yang mampu tampil sebagai runner-up di Piala Dunia 2018 meskipun hanya memiliki 4 juta penduduk. Kuncinya, kata Bojan, ada pada kewajiban setiap klub untuk memiliki program pengembangan pemain muda.
"Kroasia punya 1.300 klub, dan semuanya wajib punya akademi. Tidak boleh mendirikan klub kalau tidak punya pengembangan usia muda. Ini yang membuat kualitas pemain kami terus lahir dari generasi ke generasi," paparnya.
Bojan menyarankan agar sistem EPA di Indonesia diperkuat, termasuk dengan menambah jumlah tim usia dini dan memperluas cakupan kompetisi.
"EPA itu ide bagus, tapi harus dikelola dengan lebih baik dan diperluas. Harus ada kompetisi yang kuat dari kelompok usia paling dasar. Dari situ, kita bisa lahirkan generasi emas sepak bola Indonesia," tutupnya.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait