Sungai Cikapundung dalam Krisis: Limbah dan Kotoran Sapi Cemari Aliran Kehidupan Bandung

Aga Gustiana
Sungai Cikapundung dicemari kotoran sapi. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Sungai Cikapundung, yang selama bertahun-tahun menjadi nadi kehidupan warga Bandung, kini menghadapi krisis pencemaran lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Anak sungai dari Citarum ini tercemar berat oleh campuran berbagai limbah, mulai dari sampah rumah tangga, tinja, limbah industri, hingga limbah peternakan berupa kotoran sapi.

Sungai yang berhulu di Bandung Barat dan melintasi jantung Kota Bandung itu kini tak lagi menyuguhkan kejernihan. Suara gemuruh airnya berubah menjadi peringatan nyata akan ancaman kerusakan lingkungan yang makin tak terkendali.

Salah satu sumber pencemaran paling mencolok berasal dari kawasan peternakan di Lembang. Kotoran sapi diduga dibuang langsung ke sungai, menciptakan endapan tebal dan bau menyengat yang menyebar hingga Kanal Tjibarani, dekat pintu air Leuwilimoes.

Dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram @kampoengtjibarani, terlihat air sungai berubah warna menjadi gelap, berbusa, dan bahkan mengeluarkan gas metana, gejala khas pencemaran organik yang parah.

“Ini terjadi di musim hujan, saat debit air tinggi. Bayangkan betapa pekatnya limbah saat musim kemarau nanti,” tulis akun tersebut dalam keterangan unggahan, dikutip Kamis (17/4/2025).

Warga Kampung Tjibarani, bersama para pegiat lingkungan dan komunitas river defenders, menyuarakan keprihatinan atas kondisi sungai yang terus memburuk. Dalam pernyataan bersama, mereka menyebut hampir kehilangan harapan melihat keadaan Cikapundung yang dulunya menjadi simbol kejernihan dan kehidupan.

“Kami, warga bantaran Sungai Cikapundung dan seluruh masyarakat pecinta lingkungan, merasa hampir putus asa. Puluhan tahun kami menyaksikan ekosistem sungai ini hancur perlahan,” tulis mereka.

Dengan datangnya musim kemarau, ancaman pencemaran diperkirakan akan semakin memburuk. Volume air yang menyusut bisa menyebabkan konsentrasi limbah meningkat tajam, mempercepat degradasi ekosistem sungai.

Para aktivis dan warga mendesak pemerintah daerah dan instansi terkait untuk segera bertindak. Langkah-langkah mendesak yang dibutuhkan antara lain: penindakan tegas terhadap pelaku pembuangan limbah ilegal, pembangunan sistem pengolahan limbah yang memadai, serta program pemulihan dan restorasi aliran sungai.

Sungai Cikapundung bukan sekadar aliran air—ia adalah urat nadi yang menyambung kehidupan warga Bandung. Kini, di tengah darurat ekologi yang semakin nyata, pertanyaan besar pun muncul: akankah kita biarkan sungai ini mati perlahan, ataukah kita akan bergerak bersama untuk menyelamatkannya?

Editor : Agung Bakti Sarasa

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network