BANDUNG, iNewsBandungRaya.id – Kerusakan jalan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kembali menjadi sorotan warga. Salah satu titik yang dikeluhkan berada di Jalan Ciputri, yang menghubungkan kawasan Lembang dan Dago, kerap dilalui warga lokal maupun wisatawan.
Meski sempat diperbaiki, warga menyebut jalan tersebut tetap membahayakan karena kualitas pengerjaannya dinilai asal-asalan.
Siyamsyah warga Lembang yang telah menetap selama lima tahun mengatakan bahwa sejak awal pindah ke wilayah tersebut, jalan Ciputri sudah dalam kondisi rusak.
“Sebenarnya dari awal saya pindah ke Lembang, jalan itu udah rusak. Memang sempat beberapa kali diaspal, tapi aspalnya aspal murah, yang ngasal. Sekarang sih dibeton, tapi betonannya juga separuh-separuh, nggak rata dan itu bahaya,” ucap Siyamsyah saat dihubungi, Jumat (18/4/2025).
Menurutnya, sudah ada sejumlah warga yang terjatuh akibat kondisi jalan yang tidak rata dan rawan selip. Bahkan, di sekitar kawasan Jalan Ciputri, terdapat lubang-lubang jalan yang secara visual tampak biasa, tapi ternyata sangat dalam dan berbahaya jika tidak berhati-hati.
Siyamsyah memperkirakan, panjang jalan yang mengalami kerusakan mencapai kurang lebih satu kilometer. Kondisi tersebut cukup menyulitkan warga yang setiap hari melintas.
“Itu jalannya panjang, bisa sekitar satu kilo. Kalau dari arah Cikole ke Bandung lewat Dago bisa lewat sini, jadi sering dipakai juga sama wisatawan,” ujarnya.
Meski tersedia jalan alternatif, namun jalur tersebut dianggap terlalu memutar dan tidak efisien bagi warga sekitar.
Lebih lanjut, Siyamsyah mengungkapkan pengalaman pahit yang dialaminya akibat kerusakan jalan. Istrinya yang tengah mengandung sempat mengalami ketuban rembes karena jalan yang sangat buruk.
“Waktu istri lagi hamil, ketubannya sampai rembes karena jalannya jelek banget. Kebayang kan? Kami sudah bosan selama lima tahun tinggal di sini, tapi jalannya begitu-begitu saja,” katanya.
Dirinya pun berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat segera turun tangan memperbaiki jalan tersebut secara menyeluruh dan berkelanjutan, bukan sekadar tambal sulam.
“Harapannya sih pengennya diperbaiki karena memang udah parah banget. Warga di sini tuh banyak yang ngalamin, tapi nggak ada yang berani speak up. Padahal ini udah puluhan tahun. Saya baru lima tahun aja udah ngerasa bosen liat kondisi begini terus,” tandasnya.
Kerusakan infrastruktur jalan yang berlangsung bertahun-tahun ini menjadi refleksi penting bagi pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan kondisi wilayah yang kerap luput dari sorotan, meski menjadi jalur vital mobilitas warga dan wisatawan.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait