Sementara itu, Kepala Departemen Pemasaran Geografis Bio Farma, Dimas Dwi Auditya menyampaikan bahwa Bio Farma berkomitmen untuk bersama-sama menghentikan penyebaran kanker serviks melalui produk skrining dan vaksinasi.
“Berdasarkan data WHO tahun 2020 terdapat lebih dari 600 ribu kasus kanker serviks dengan angka kematian mencapai 300 ribu jiwa. Di Indonesia, kanker serviks menjadi kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara, dengan rata-rata 89 kasus baru setiap hari dan dua kematian perempuan akibat kanker serviks setiap harinya,” jelas Dimas.
“Kanker serviks sering disebut sebagai silent killer karena virus penyebabnya bisa berkembang tanpa gejala hingga 5 sampai 10 tahun sebelum terdeteksi sebagai kanker. Sebagai perusahaan life science berskala global. Bio Farma berkomitmen untuk mendukung program Kementerian Kesehatan, khususnya Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Kanker Serviks,” sambungnya.
Salah satu bentuk kontribusi Bio Farma adalah pengembangan alat skrining inovatif untuk mendeteksi virus penyebab kanker serviks yang diperkenalkan lebih lanjut dalam sesi khusus pada seminar tersebut.
Dimas juga menegaskan bahwa alat deteksi tersebut dirancang dengan tingkat akurasi tinggi, aman, serta memiliki kandungan lokal yang besar. Produk ini diharapkan mampu menjadi solusi tepat dalam menekan penyebaran kanker serviks, termasuk di wilayah Sulawesi Tengah.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait