BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Dalam rangka memperingati 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA), berbagai elemen masyarakat, organisasi internasional, serta tokoh nasional dan regional berkumpul di Grand Ballroom Hotel Savoy Homann, Bandung, Minggu (25/5/2025), dalam forum bertajuk “Semangat Pembebasan Palestina”.
Acara ini menjadi momentum untuk membahas langkah konkret dalam menegakkan amanat konstitusi Indonesia bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi.
Ketua Pelaksana, Maryam Rachmayani, menegaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni sejarah, tetapi seruan moral untuk kembali menyalakan semangat anti-kolonialisme.
“Kemerdekaan kita belum sempurna hingga Palestina merdeka. Hotel ini bukan sekadar tempat, tapi saksi bisu sejarah 70 tahun silam,” ujarnya.
Maryam menyoroti pelanggaran hukum kemanusiaan berat yang terus terjadi di Palestina tanpa pertanggungjawaban internasional yang jelas. Ia menyerukan pentingnya peran negara-negara Asia-Pasifik dalam membangun solidaritas dan melahirkan strategi nyata demi kebebasan rakyat Palestina.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, menekankan bahwa konferensi ini harus menjadi pengingat bagi negara-negara dunia untuk melaksanakan berbagai keputusan internasional yang telah diambil.
“Hadirnya konferensi ini mengingatkan negara-negara agar kesepakatan yang diambil di PBB, ASEAN, KTT Liga Arab, ICC, dan ICJ dilaksanakan. Disinformasi dari Israel telah membuat banyak orang tak lagi peduli dengan Palestina. Maka, tekanan dan pernyataan publik sangat penting,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi Presiden Prabowo terhadap sikap Tiongkok yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina.
“Saya berharap konferensi ini berhasil dengan semangat membebaskan Palestina. Gaza merdeka, Palestina terselamatkan, genosida terselesaikan,” harapnya.
Dari sisi kemanusiaan, Ketua Asia Pacific Women Coalition for Quds and Palestine (APWCQP) – KPIPA, Nurjanah Hulwani, mengingatkan bahwa lebih dari 70% korban kekerasan di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergerak sesuai kapasitas masing-masing.
“Diamnya kita adalah pertanda matinya kemanusiaan. Yang punya jabatan, gunakan jabatannya. Yang punya bisnis, gunakan bisnisnya. Yang punya media, gunakan medianya. Semua harus bergerak,” serunya.
Forum ini diharapkan menjadi titik balik kebangkitan kolektif umat manusia dalam melawan penjajahan dan kejahatan kemanusiaan di Palestina, serta melahirkan kolaborasi nyata lintas negara dan sektor demi perdamaian yang adil dan abadi.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait